Doctor Strange
Phase Three dari dunia Marvel dibuka dengan film Captain America: Civil War pada tengah tahun ini. Mengingat film itu lebih bersifat sebagai The Avengers 2.5 semua orang tahu bahwa film itu akan sukses. Yang jadi pertanyaan besar adalah bagaimana Doctor Strange, properti baru dunia Marvel, bisa diterima atau tidak oleh penonton. Satu hal yang saya salut dari Marvel adalah keberanian mereka untuk terus bereksperimen dengan karakter-karakter mereka. Siapa yang dulu kenal dengan Iron Man, Thor, maupun Captain America?
Benedict Cumberbatch dalam film ini berperan sebagai Doctor Stephen Strange, seorang ahli bedah yang sangat jago. Karena begitu hebatnya dia dalam melakukan membedah, dia bisa dibilang menjadi seorang yang takabur dan sombong akan kemampuannya. Segalanya itu kemudian direnggut ketika tangannya (kunci dari seorang dokter bedah) rusak syarafnya akibat kecelakaan mobil. Stephen Strange jungkir balik mencari dokter yang bisa membenarkan syarafnya kembali tetapi semua angkat tangan. Di tengah keputusasaannya ia diarahkan untuk pergi ke sebuah tempat mistik di Kamar-Taj yang konon menyimpan rahasia untuk bisa membuat tangannya pulih kembali. Apa yang akan dia temui di sana?
Banyak penggemar komik dan film Marvel yang khawatir bahwa Stephen Strange dan Tony Stark adalah dua orang yang memiliki karakter sama dan itu tidak sepenuhnya salah. Hampir sama dengan Tony, Stephen juga seorang yang sangat sombong karena ahli di bidangnya. Bedanya adalah ketika Tony terluka dan membangun armor Iron Man, ia menggunakan kepandaian yang memang ia ketahui untuk menjadi Iron Man. Singkat kata: he is born to build that machine. Di sisi lain ketika Stephen Strange cedera dan harus mempelajari aliran mistik, tenaga dalam, dan chi… itu semuanya bertentangan dengan apa yang ia tahu. Dan untunglah Benedict Cumberbatch menangkap semuanya itu dalam performa dia, sosok seorang Strange yang awalnya sombong dan harus dihancurkan segalanya sehingga sang ahli kembali menjadi seorang murid yang haus menimba ilmu dan belajar lagi.
Seperti banyak proyek Marvel yang selalu didampingi aktor-aktor gaek ala Anthony Hopkins ataupun Michael Douglas, film ini juga memiliki Tilda Swinton dalam peran kontroversial sebagai The Ancient One. Bukan rahasia bahwa casting Swinton dalam peran ini mendapatkan banyak celaan orang yang merasa Marvel telah melakukan whitewashing pada ras karakter ini. Saya pribadi tidak merasa hal ini bermasalah karena toh Swinton melakukan akting yang sangat baik menghidupkan karakter ini. Dia bukan karakter ‘putih’ karena ada di spektrum orang baik. And really that’s the beauty of this movie: ambigu moral di dalamnya, baik yang dilakukan oleh para villain maupun protagonisnya.
Bicara mengenai para villain dalam film ini Kaecilius sebenarnya punya potensi menjadi seorang lawan yang mengerikan bagi Strange, apalagi mengingat Mads Mikkelsen sudah mendapatkan pujian banyak orang saat menjadi Hannibal di layar kaca. Sayangnya walaupun sosok ini cukup menarik perhatian (terutama pada paruh awal film), pada akhirnya ia terasa kurang dimaksimalkan (terutama pada paruh akhir film) – sebagaimana kebanyakan villain Marvel lainnya. Kapan oh kapan MCU bisa belajar dari saudaranya di Netflix untuk menghadirkan villain-villain yang lebih berbobot ala Kingpin dan Kilgrave? Bicara soal kurang dimaksimalkan: karakter Rachel McAdams yang dipasang sebagai love interest Strange di sini pun terasa seperti tempelan semata.
Bicara soal film ini tidak mungkin tidak bicara soal visualnya yang luar biasa. Scott Derrickson punya tugas berat untuk membawa dunia mistik Marvel di film ini dan ia berhasil melakukannya. Doctor Strange penuh dengan aksi-aksi setpiece yang gila dan mindbending. Sangat menarik melihat betapa setiap film Marvel punya identitas dalam setpiece aksi mereka masing-masing. Coba lihat koreografi bertarung dalam Captain America yang gritty, bandingkan dengan The Avengers yang megah dan epik, lantas bandingkan lagi dengan film ini di mana semuanya penuh dengan nuansa fantasi dan sihir. It’s all different!
Jadi sekali lagi Doctor Strange membuktikan bahwa walaupun banyak orang menuding formula Marvel itu selalu ‘sama saja’, faktanya adalah setiap film Marvel cukup berbeda untuk memiliki ciri khasnya sendiri tetapi cukup pintar untuk mengikuti formula sukses yang sama. Jadi, siap untuk melupakan segala yang kamu tahu dan terjun ke dunia mistik Marvel?
Score: B+
Categories
reviewapasaja View All
A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.
IMHO villain Marvel kalah sangar dari villain Dragon Ball 🙁 padahal udah pengin liat showdown sihir maksimal ala Marvel to the point akhirnya Dr. Strange yang kewalahan memutuskan menempuh cara unorthodox buat ngalahin musuhnya.
Sequel, maybe? Hahaha.