Train Man
Saya ingat pada masa saya kuliah dulu K-Drama belum menggurita seperti sekarang dan para penikmat drama Asia masih terbagi dalam tiga golongan: penggemar K-Drama, penggemar Taiwanese / Hong Kong Drama, dan penggemar J-Dorama alias Drama Jepang. Di antara begitu banyak J-Dorama yang muncul di era itu ada satu yang menjadi cukup populer di kalangan teman-teman sekampusku, judulnya: Densha Otoko alias Train Man.
Alkisah seorang geek melindungi seorang gadis ketika gadis itu digoda oleh pemabuk di kereta Jepang. Sang pria geek ini kebingungan dan tidak tahu mau berbuat apa setelah sang gadis beberapa hari kemudian mengirimkan sebuah gelas teh merk terkenal: Hermes. Di tengah kegalauan sang pria, ia kemudian memakai nick bernama “Densha” (Train) dan memposting masalahnya online di forum para geek. Para geek lain yang mendengarkan masalah dari Densha itu kemudian memberinya petunjuk dan saran bagaimana memenangkan hati sang gadis (yang mereka beri nama “Hermes“).
Perlahan-lahan Densha sukses mengubah dirinya dari seorang geek yang pemalu dan hanya suka anime menjadi pria yang lebih percaya diri untuk memenangkan hati Hermes. Dan semua itu didokumentasikan melalui percakapannya dalam forum yang jumlah postingnya mencapai ribuan – bahkan puluhan ribu. Yang menarik: konon Densha Otoko ini memang benar-benar berasal dari kisah nyata (walaupun identitas dari Densha dan Hermes hingga hari ini tidak diketahui) dan novel yang ditranslasikan dalam bahasa Inggris ini merupakan versi pendek yang hanya memuat sekitar 1900an posting yang ‘penting’ dari para geek.

Saya pertama menonton serial Densha Otoko pada tahun 2006 dan serial tersebut langsung mengena (karena saya juga seorang geek) dan menjadi salah satu serial J-Dorama favoritku. Tak disangka membaca novelnya sepuluh tahun kemudian (yang ditranslasikan dengan sangat baik!) masih membawa kesan dan memori yang sama. Melihat Densha yang kikuk perlahan tapi pasti memenangkan hati Hermes adalah sesuatu yang menghangatkan dan mengharukan, terutama melihat bahwa Hermes akhirnya benar-benar jatuh cinta kepada Densha karena kebaikan hati Densha, bukan karena status materi ataupun wajah Densha.
Ya, hal tersebut adalah sesuatu yang (hampir) mustahil di dunia saat ini, tapi sebagaimana Yoo Si-jin di Descendants of the Sun merupakan sosok ideal para wanita, maka demikian juga Hermes dalam Densha Otoko adalah sosok ideal di mata para pria. It’s alright for a guy to wish for a perfect woman too, no?
Novel ini bagaimanapun tidak sempurna. Dikarenakan ia hanya merupakan kompilasi dari sebagian chat yang ada, beberapa kali narasi cerita seperti terpotong. Pun pergerakan cerita kadang-kadang agak lambat karena beberapa halaman bisa berlalu tanpa ada update kemajuan kisah Densha dan Hermes dan kita hanya membaca kicauan dari para geek yang sibuk memberi nasihat bagi Densha maupun sibuk membayangkan bagaimana nasib Densha dan Hermes dalam kencan mereka. Momen-momen tersebut sudah sebisa mungkin diseimbangkan oleh para editor supaya tak terasa kepanjangan tapi juga tidak kependekan sampai terasa novel ini hanya bak curhatan Densha semata. Tetap saja ada beberapa bagian tertentu di mana novel ini masih terasa agak dragging.
Pada akhirnya Train Man adalah sebuah novel yang lebih akan diapresiasi oleh para pembaca pria (begitu juga dramanya) dan para geek. Kalau kalian seorang geek, maka this is the novel for you. Ijinkan saya menutup review ini dengan teriakan khas “DEENNNNN~SHAAAAAAAA!”
Score: A-
Categories
reviewapasaja View All
A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.