Skip to content

Fantastic Beasts and Where to Find Them

Warner Bros perlu sebuah franchise baru. Setelah usainya franchise Harry Potter, The Hobbit, dan Batman era Christopher Nolan, kentara sekali Warner Bros tak memiliki franchise yang bisa membantu mereka mendobrak angka keramat 1 Milyar USD. Dan itu tidak baik bagi mereka. Memang ada DCEU yang masih bisa diandalkan memberi hit-hit solid tetapi Warner Bros tak bisa semata-mata hanya bertumpu pada satu franchise saja bukan?

Oleh karena itu menggandeng David Yates (yang menyutradarai empat film Harry Potter) dan J.K. Rowling, Warner Bros pun menggarap film Fantastic Beasts and Where to Find Them. Kendati film ini disebut sebagai prekuel dari Harry Potter, ia lebih tepat disebut sebuah film yang ada di dunia Harry Potter sebab kisahnya bisa dibilang berdiri sendiri.

Tak hanya kisahnya saja yang berdiri sendiri, bahkan lokasi dari film ini pun berbeda benua dengan Harry Potter. Petualangan Harry ada di Inggris sana sementara Newt Scamander sibuk berpetualang di Amerika bersama dengan binatang-binatang peliharaan ajaibnya. Newt Scamander adalah seorang lulusan (keluaran?) Hogwarts dari Hufflepuff. Ia dikenal sebagai penulis dari buku Fantastic Beasts and How to Find Them, tetapi cerita petualangannya di Amerika bukan sekedar soal itu…

Newt hadir di Amerika pada saat dunia sihir sedang mengalami kepanikan. Di Eropa Gellert Grindelwald, seorang dark magician, menciptakan teror di mana-mana yang membuat orang-orang ketakutan. Kejahatan dari Grindelwald ini membuat kaum sihir di Amerika turut siaga penuh, takut bila terorisme yang melanda Eropa merambah ke Amerika. Sial bagi Newt, sebuah ‘kecelakaan’ membuat beberapa binatang peliharaannya itu lepas. Kekacauan yang terjadi membuat Newt tertuduh sebagai antek Grindelwald. Bisakah Newt meloloskan diri dari kejaran anggota department sihir Amerika dan apa tujuan sebenarnya dari Newt datang ke kota New York?

Seperti yang saya katakan sebelumnya Fantastic Beasts and Where to Find Them adalah sebuah film yang bersetting di dunia Harry Potter tetapi ia bukan merupakan prekuel langsung dari saga sang bocah yang hidup. Kendati tidak ada Voldemort dalam cerita ini, bukan berarti kehidupan dari para penyihir damai tentram. Sosok misterius Grindewald di awal film sudah menjadi sosok yang menakutkan dan menyebar teror. Entah disengaja atau tidak paranoia dari kaum penyihir di dalam film ini seperti paralel dengan dunia pada saat ini. Siapa sangka bahwa dark ages yang digambarkan oleh J.K. Rowling di dunia fantasinya bisa bercermin pada dunia nyata sekarang.

Itu juga yang membuat film ini pada awal memiliki dua tone yang berbeda: di satu sisi petualangan dari Newt untuk menemukan para beasts yang kabur dari kopernya cukup ringan, lucu dan santai tetapi tone film berubah menjadi dark dan dewasa ketika kita dihadapkan dengan penyelidikan para Auror Amerika menghadapi musuh-musuh di berbagai lini: mulai dari menjaga kerahasiaan para penyihir, menghadapi para manusia yang antipati dengan kaum penyihir, sampai teror Grindewald yang selalu bersembunyi di latar belakang. Ada kalanya ketika para Auror ‘dipaksa’ mengambil keputusan ekstrem, penonton dibuat bertanya, apakah hal yang sama akan kita lakukan demi menjaga kedamaian?

Walaupun saya lebih suka aspek non-Beast dari film ini, tidak berarti saya tidak enjoy dengan konsep binatang-binatang sihir dalam film ini. Salut untuk design-design binatang yang macam-macam bentuknya seperti amalgam (campuran) dari binatang-binatang dunia nyata. Semoga dalam sekuel akan ada makin banyak jenis binatang ini berperan dalam cerita.

eppepe

Highlight dari film ini tentu saja akting dari keempat bintang utamanya – ditambah dengan Auror Percival. Betul karakter trio Harry, Ron, dan Hermione tidak akan tergantikan sebagai ikon dan wajah Harry Potter – tetapi akting Eddie Redmayne, Katherine Waterston, Dan Fogler, dan Alison Sudol menurutku jauh lebih bagus dan membuat kita peduli dengan hubungan keempatnya. Momen-momen di finale film di mana keempatnya mengucapkan salam perpisahan satu sama lain terasa emosional karena kita peduli dengan hubungan keempatnya. Begitu juga dengan Colin Farrell, seorang aktor yang berbakat yang kerap kedapatan proyek kurang bagus akhir-akhir ini, menunjukkan aktingnya yang semakin matang sebagai Percival Graves yang berbahaya.

Overall, film ini adalah awal yang baik dan membuat saya tertarik untuk tahu lebih lanjut mengenai petualangan Newt dan sejarah dunia sihir Harry Potter. Saya masih tidak tahu apakah ia masih bisa menjadi franchise lima film seperti yang diproklamirkan oleh J.K. Rowling, tetapi setelah film pertama yang prima ini, saya lebih optimistis akan masa depan franchise ini.

Score: B+

reviewapasaja View All

A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.

Leave a Reply

Discover more from Review Apa Saja

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading