Dunkirk
Semenjak The Dark Knight, nama Christopher Nolan menjadi sinonim dengan film berkualitas. Ya, saya tahu bahwa bagi pecinta film nama Nolan mungkin sudah dikenal semenjak Memento. Toh bagi kebanyakan penonton film, ia mulai menjulang semenjak kesuksesannya menggarap sekuel dari film Batman era Christian Bale. Semenjak saat itu semua film yang ia buat: Inception, The Dark Knight Rises, sampai Interstellar selalu menjadi even film yang dinanti-nantikan oleh para moviegoers.
Selain nama Christopher Nolan yang menjadi magnet bagi para moviegoers dalam film ini adalah bintang-bintang yang terlibat di dalamnya. Tidak tanggung-tanggung ada Mark Rylance, Kenneth Branagh, Tom Hardy, Cillian Murphy menjadi nama aktor-aktor berkualitas di dalamnya. Tak ketinggalan adalah sosok Harry Styles yang jelas dipakai untuk menggaet para Directioners.
Apa sebenarnya kisah Dunkirk itu? Bagi para pecinta sejarah Perang Dunia 2 mungkin tahu bahwa Dunkirk atau dalam bahasa Perancis disebut Dunkerque, adalah kota di Perancis yang menjadi tempat pertahanan terakhir dari tentara Inggris dan Perancis yang dipukul mundur oleh kekuatan tentara Jerman. Perang Dunia 2 tengah berkecamuk hebat di dataran Eropa saat itu tetapi Amerika belum masuk dalam kancah perang.
Cerita dalam film Dunkirk ini terbagi menjadi tiga bagian waktu yang berbeda: 1 minggu, 1 hari, dan 1 jam. Lokasinya berdekatan tetapi menyorot kelompok karakter berbeda. Walhasil Dunkirk menjadi sebuah film yang tak benar-benar memiliki protagonis utama. Sebenarnya itu tak menjadi masalah apabila Dunkirk memiliki karakter-karakter memorable yang bisa menjadi pengait emosi cerita… tetapi sayangnya tidak. Nolan tak sepenuhnya bisa disalahkan dalam hal ini. Mengapa? Sebab dalam film ini Nolan sedikit banyak mengharapkan familiaritas para penonton dengan latar belakang Perang Dunia 2. Bagi penonton barat (baca: Amerika dan Eropa) hal tersebut tentu lebih berpengaruh ketimbang bagi penonton Asia (yang lebih familiar dengan penjajahan Jepang).
Itu bukan satu-satunya hal yang menganggap saya merasa bahwa Dunkirk merupakan film terlemah yang pernah digarap Nolan. Setiap film Nolan biasanya memiliki sebuah nilai jual khusus seperti Memento dengan jalan cerita yang unik sampai Interstellar dengan konsep-konsep sains yang kontroversial. Tidak demikian dengan Dunkirk. Film penyelamatan perang ini bergerak dengan datar dan sedikit membosankan. Beberapa kali memang emosi penonton dibuat naik turun dengan sulitnya misi pembebasan tentara Inggris yang terdampar di Dunkirk, tetapi secara keseluruhan bisa dibilang ini film Nolan yang paling biasa – tak menghadirkan apapun yang baru di layar baik secara konsep maupun teknis. Ya saya mengerti bahwa menenggelamkan sebuah pesawat bisa disebut totalitas tetapi percuma saja bila itu terlihat garing di layar lebar.
Pengakuan terakhir saya: saya tahu benar bahwa Nolan adalah pecinta format IMAX dan film ini ia syut kebanyakan dengan kamera IMAX. Saya akui saya menonton film ini di layar lebar biasa dan tidak tahu apakah kepuasan menontonnya akan bertambah bila menontonnya di layar IMAX. As it is now, Dunkirk is definitely one of the most underwhelming movie of the year.
Score: C-
Categories
reviewapasaja View All
A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.