Skip to content

The LEGO Batman

Ketika The LEGO Movie menjadi hit yang tak disangka-sangka tahun 2014 lalu, banyak fokus penonton tertuju kepada karakter Batman yang mencuri spotlight. Besarnya reaksi positif penonton terhadap karakter balok The Dark Knight itu membuat studio Warner Bros memberi lampu hijau untuk proyek film spin-off yang berpusat padanya.

Tahun 2017 The LEGO Batman diluncurkan dan sekali lagi mendapatkan pujian bertubi-tubi dari para kritikus. Apa sebenarnya yang membuat film ini begitu berhasil?

Pertama tone film ini sangat berbeda dengan tone-tone film Batman yang dikenal penonton semenjak hampir sedekade lampau. Mulai dari tahun 2005 dulu sosok Batman dibawa oleh Christopher Nolan ke ranah yang lebih serius setelah kegagalan Batman and Robin (yang nyaris membunuh franchise Batman), trilogi Nolan yang begitu serius ditambah dengan Ben Affleck yang juga terus menerus brooding sepanjang Batman v Superman membuat sang superhero terasa sangat dark.

Orang lupa bahwa ada satu masanya di mana Batman tak identik dengan ‘kegelapan’ semata. Tidak hanya itu dalam serial tahun 1960an yang dibintangi oleh Adam West melainkan juga dalam film-film garapan Joel Schumacher (yang memang jelek – tetapi juga berbeda dengan Batman generasi millenium). Oleh karena itu melihat sosok Batman di sini, yang senang dengan dirinya sebagai Batman sekaligus Bruce Wayne walaupun tidak lepas dari tragedi masa lalunya menjadi sesuatu yang menyegarkan.

Sementara kebanyakan orang juga hanya mengenal Batman melalui layar lebar, ia lebih dari itu. Batman memiliki lini video game yang sangat sukses mulai dari The LEGO Batman (serius!) dan Arkham Series, serial animasi yang masih menjadi klasik bagi banyak anak-anak yang tumbuh di era 1990an dulu, sampai komik-komik dengan jalan cerita yang mengubah format dunia komik sesudahnya. The LEGO Batman secara jenius mengambil inspirasi dari semuanya – tidak sekedar dari sejarah Batman di layar lebar semata.

1

Oleh karena itu The LEGO Batman bisa dibilang adalah parodi dari sejarah Batman itu sendiri. Film ini adalah love letter dari Warner Bros untuk salah satu karakter franchise paling ikonik mereka. Tim penulis yang dipimpin oleh Seth Grahame-Smith telah melakukan PR mereka dengan baik dan benar-benar belajar sejarah Batman sebelum menulis skenario film ini. Film ini meledak dengan energi yang terarah – tidak seperti The LEGO Movie yang tak pernah benar-benar saya sukai sebab walau penuh dengan energi kinetis – tak pernah benar-benar fokus terarah ke mana.

Itu bukan berarti The LEGO Batman hanya bisa dinikmati oleh para penonton humor yang ada dalam film ini terbilang cukup universal sementara ceritanya sendiri mengikuti pakem seorang penyendiri yang menemukan keluarga. Bahkan dalam ranah animasi pun tema ini tidak baru-baru amat dan sudah pernah dipakai dalam film seperti Over the Hedge dan Cars. Toh eksekusi yang baik dalam film ini tetap membuat momen-momen emosional di sepertiga akhir menyentuh hati penonton.

Jadi apakah kalian penggemar film berkualitas? Tonton film ini. Kalian gemar dengan dunia LEGO dan film-film Warner Bros selain Batman? Tonton film ini. Anda penggemar karakter Batman atau komik DC secara umum? Jangan lewatkan film ini. Ini bukan sekedar film superhero yang bagus, ini salah satu film superhero terbaik yang pernah dibuat.

Score: A

Categories

Movies

reviewapasaja View All

A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.

Leave a Reply

Discover more from Review Apa Saja

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading