Skip to content

Kong: Skull Island

Saya tidak tahu kenapa orang tidak hype dengan Kong: Skull Island ketika diumumkan beberapa tahun yang lalu. Tebakanku adalah karena orang keburu kecewa dengan film reboot Godzilla yang minim aksi dan membosankan (saya hampir ketiduran menontonnya!). Toh saya tidak bisa tidak merasa bersemangat dengan film Kong: Skull Island ketika melihat deretan castnya.

Samuel L. Jackson, Tom Hiddleston, Brie Larson, John Goodman, John C. Reilly sampai artis Cina Jing Tian? Ini semua adalah nama-nama besar bagi para penggemar film pop culture. Bisa dibilang Warner Bros mengumpulkan para jagoan-jagoan Marvel (dengan pengecualian John Goodman) dalam film ini! Lebih menarik lagi adalah Kong: Skull Island ini dijadikan pijakan bagi Warner Bros dan Legendary Pictures untuk melakukan crossover Monster World antara Godzilla, King Kong, dan banyak properti monster raksasa yang mereka miliki.

Bersetting di tahun 1970an, film ini langsung membedakan dirinya dengan kebanyakan film-film King Kong yang bersetting di era 1930 hingga 1940an. Perang Vietnam adalah salah satu film yang kali ini sudah jarang dipakai jadi setting di layar lebar sehingga saat melihatnya di Kong: Skull Island, ia jadi terasa jauh lebih fresh di mata ketimbang Perang Dunia 2 ataupun Perang Timur Tengah yang lebih banyak mendominasi layar belakangan.

Setelah menemukan sebuah pulau misterius bernama Skull Island, grup Monarch di bawah pimpinan Bill Randa berangkat untuk melacak dan membuat map tempat tersebut. Selain meminta bantuan dari James Conrad dan Mason Weaver, grup Bill juga ditemani oleh militer Amerika di bawah pimpinan Kolonel Preston Packard. Preston adalah seorang tentara yang berbahaya. Ia merasa bahwa perang antara Amerika melawan Vietnam belum berakhir dan ia merasa sangat kecewa bahwa pemerintah Amerika memaksanya untuk pulang. Kekecewaan yang merupakan bentuk dari PTSD ini membuat Preston terus meminta anak buahnya melakukan keputusan-keputusan yang berbahaya di tengah medan perang melawan Kong.

Kong: Skull Island yang disutradarai oleh Jordan Vogt-Roberts langsung ingin menunjukkan bahwa ia adalah film yang berbeda dengan King Kong dari Peter Jackson dulu. Apabila Peter Jackson dulu menunggu sampai hampir satu jam sebelum menunjukkan sang gorilla raksasa di layar lebar, versi Vogt-Roberts ini langsung menampilkan Kong dalam beberapa menit awal film. Bahkan saat para kru Bill mendarat di pulau Skull Island pun Kong langsung muncul dan memporak-porandakan helikopter yang beterbangan di tempat tersebut. Image Kong yang melemparkan pohon untuk menghancurkan helikopter langsung menjadi sesuatu yang ikonik dan keren – memberi setting tone film ini adalah sebuah film yang seru, brutal, dan penuh aksi.

ddd

Walaupun bintang utama film ini tentunya sosok Kong, para pemeran manusia pun menunjukkan kapasitas akting mereka di sini. Tom Hiddleston dan Brie Larson selaku dua aktor utamanya tampil keren. Hiddleston menunjukkan bahwa ia bisa tampil maskulin (sedikit mengingatkanku pada Adrien Brody dalam film Predators) sementara Brie Larson mematahkan pakem Kong Girls yang hanya bisa menjerit-jerit sambil diselamatkan oleh Kong. Dalam film ini justru sang gadislah yang menyelamatkan Kong! John C. Reilly pun jawara sebagai scene stealer, tak hanya tampil untuk menarasikan plot dan melempar one liner yang lucu untuk membuat penonton tergelak, tapi juga memberi hati pada film ini.

Tentu saja penampilan terbaik disuguhkan oleh Samuel L. Jackson. Sulit percaya bahwa aktor yang sudah hampir 70 tahun ini masih tampil begitu tegap dan memberikan performa maksimal dalam tiap perannya. Samuel L. Jackson menunjukkan karismanya di sini sebagai sosok Kolonel yang mengalami gangguan kejiwaan tetapi masih memiliki wibawa. Ketika Preston saling bertatapan mata dengan Kong, saya sadar bahwa departemen casting telah melakukan pilihan yang tepat. Saya tak tahu siapa lagi orang yang punya karisma mendelik menantang monyet yang tingginya belasan meter tanpa takut kalau bukan Sam the motherfucker Jackson.

Singkat kata Kong: Skull Island adalah semua yang saya harapkan dari film Godzilla dan tidak saya dapatkan. Pertarungan brutal para monster, karakter manusia yang tidak sekedar menjadi tumbal semata, dan post-credit scene yang adalah bonus preview menggiurkan mengenai apa yang akan dilakukan oleh Monarch di masa depan. Mendadak saja saya jadi sangat tertarik akan crossover antara Godzilla – Kong di masa depan!

Score: B+

reviewapasaja View All

A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.

Leave a Reply

Discover more from Review Apa Saja

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading