Skip to content

Pengabdi Setan (2017)

Di era 1970 dan 1980an bioskop Indonesia cukup dikenal dengan berbagai film horor yang menghantui layar lebar. Suzzana misalnya adalah ratu film horror Indonesia yang terkenal di era tersebut. Nah, dari antara banyaknya film horor jadul Indonesia salah satu yang paling membekas di ingatan adalah Pengabdi Setan garapan Sisworo Gautama Putra. Tidak hanya populer di Indonesia saja, film horor ini bahkan juga populer di luar negeri dan pernah dirilis versi DVDnya untuk pasar Amerika.

Membuat remake film Pengabdi Setan dari sisi bisnis tentunya adalah hal yang tak perlu dipikir berulang kali sebab pasti menguntungkan. Bagaimana tidak? Pengabdi Setan mengawinkan dua konsep yang pasti mendulang uang di pasar Indonesia: nostalgia dan genre horor. Coba ingat film-film apa saja yang paling laris selama dua tiga tahun terakhir di Indonesia? Kalau dari pasar lokal jawabannya tentu saja adalah dwilogi Warkop DKI Reborn yang menjual nostalgia melihat karakter Dono-Kasino-Indro kembali hadir di layar lebar (walau diperankan aktor lain) sementara dari luar negeri film franchise The Conjuring dan Annabelle sangatlah populer di Indonesia, ingat bukan bagaimana sosok Valak sempat jadi meme di mana-mana setelah kesuksesan The Conjuring 2 tahun lalu?

Pun begitu tak berarti remake ini dibikin asal-asalan. Tak tanggung-tanggung salah satu sutradara terbaik Indonesia: Joko Anwar didapuk untuk menggarapnya. Bagaimana hasilnya?

Keluarga Rini tengah mengalami kesulitan. Sang Ibu: Mawarni dulu adalah penyanyi sukses tetapi kini telah sakit-sakitan. Segala kekayaan yang dimiliki mereka dulu – termasuk rumah – kini dijual untuk menutup biaya pengobatan sang Ibu. Sayangnya, usaha mereka tak berhasil dan sang Ibu tetap meninggal dunia. Setelah meninggal dunia kejadian-kejadian aneh mulai semakin sering terjadi di tempat tinggal keluarga Rini. Tak hanya Rini tapi juga Tony, Bondi, sampai si bungsu Ian semua diganggu oleh penglihatan sampai serangan roh halus. Apakah sebenarnya ibu mereka kembali bangkit dari liang lahat untuk menganggu mereka? Atau apakah sang Ibu menyimpan rahasia kelam lainnya?

Sebelum saya menulis lebih lanjut pendapat saya mengenai film ini, saya mengaku kalau belum pernah menonton versi jadul dari Pengabdi Setan, oleh karena itu saya tak dapat membandingkan versi klasik dan versi modern-nya ini. Pun begitu saya harus mengatakan kalau secara teknis film ini digarap dengan sangat baik. Coba lihat bagaimana setting film ini sebisa mungkin menghidupkan suasana tahun 1980an baik dari interior rumah Rini sampai pada gaya hidup dan budaya orang-orang pada jaman tersebut. Joko Anwar pun jeli menggunakan sound dan memainkan teknik pengambilan gambar dalam film ini untuk menghadirkan atmosfir yang mencekam.

Apakah film ini seperti menjiplak The Conjuring / Annabelle? Jawabannya adalah tidak. Bila pertanyaannya: apakah film ini terinspirasi dengan style dari film horor garapan sutradara Malaysia tersebut? Nah, jawabannya iya. Tidak bisa dipungkiri pemakaian lagu klasik yang liriknya bermakna ganda, setting di rumah tua yang angker, sampai beberapa gaya klasik James Wan memang ada di film ini. Tapi lantas kenapa? Joko Anwar paling tidak mampu meniru gaya James Wan secara efektif sambil memasukkan beberapa ciri khasnya sendiri dalam film.

Patut diapresiasi juga adalah akting dari keempat bersaudara yang bermain di dalam film ini. Walau banyak orang membicarakan Tara Basro sebagai si sulung, saya merasa justru M. Adhiyat sebagai Ian si anak bungsu yang paling berhasil menjadi scene stealer karena tak hanya tampil menggemaskan tetapi juga mencairkan ketegangan suasana bioskop dengan gaya-gayanya yang lucu.

111

Toh itu tidak berarti Pengabdi Setan tidak memiliki kelemahan apapun. Yang pertama mendekati klimaks film ini justru semakin tidak menakutkan karena alih-alih mengandalkan horor melalui atmosfir, Joko Anwar mulai menghujani jumpscare kepada penonton… dan cara ini justru paling tidak efektif menakuti saya. Hasilnya klimaks film ini malahan terasa melempem setelah dibuild-up secara (cukup) solid sepanjang 2/3 awal film.

Lantas karena terlalu asyik menggeber kejutan demi kejutan seram kepada penonton, Joko Anwar malahan lupa untuk menggali hubungan dalam keluarga Rini ini. Walhasil terlepas dari sosok Ian saya tak pernah benar-benar tahu seperti apa sih kepribadian dan sifat dari Rini, Tony, atau Bondi, apalagi Nenek mereka yang tampil sambil lalu saja. Bagi saya ini kelemahan yang cukup menganggu dikarenakan beberapa twist dalam film ini bergantung kepada seberapa kamu peduli dengan hubungan antara karakter-karakter dalam keluarga ini. Saya hanya bisa berharap kalau hal tersebut akan digali lebih lanjut dalam sekuel dari film ini.

Sekuel? Ya, setelah sedikit membaca dari internet dan menganalisa perolehan dari film ini rupanya Joko Anwar telah menyematkan sebuah teaser / easter egg dalam film ini kepada penonton untuk kemungkinan sekuel. Dan melihat film ini sukses besar (menjaring 4 juta penonton dan terus bertambah), bisa dipastikan sekuelnya akan digarap. Nantikan saja Pengabdi Setan Part II tahun depan di layar bioskop terdekat.

Score: B

reviewapasaja View All

A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.

Leave a Reply

%d bloggers like this: