Skip to content

Justice League

Setelah empat tahun membangun DCEU, ini merupakan saat di mana DC Universe akan ‘Come together‘. Di dalam dunia komik Justice League adalah grup team-up superhero dari DC yang menyatukan superhero-superhero terkenal di lini komik tersebut. Di saat pertama kali para superhero ini bergabung di tahun 1960, grup ini mencetak sukses penjualan komik yang luar biasa, membuat kompetitor seperti Marvel kelabakan mengusung konsep yang sama, melahirkan The Avengers di tahun 1963.

Bila di dunia komik Justice League menginspirasi The Avengers maka dalam dunia film justru sebaliknya. Kesuksesan Marvel dengan MCU membuat DC kebakaran jenggot sehingga begitu trilogi Batman Christopher Nolan berakhir mereka bersiap membangun DCEU (DC Extended Universe) dengan Zack Snyder sebagai nahkodanya. Di 2013 Man of Steel yang merupakan film pertama dari DCEU dirilis, disusul dengan Batman v Superman (BvS) dan Suicide Squad di 2016 dan Wonder Woman di 2017. Setelah empat film ini Justice League dijanjikan menyatukan kelima superhero terbesar DC: Batman, Wonder Woman, Flash, Aquaman, dan Cyborg. Kelimanya harus bersatu pasca kematian Superman dalam BvS untuk menghentikan ancaman musuh yang akan menguasai dunia.

Dihantui dengan rasa bersalah karena ia secara tidak langsung menyebabkan kematian Superman di penghujung BvS, Bruce Wayne bekerja keras untuk menyatukan para orang dengan kemampuan khusus supaya mau bergabung menghentikan musuh yang hendak menguasai dunia. Diana Prince alias Wonder Woman mudah diajak bergabung sebab sang putri Amazon juga telah terlibat menyelamatkan dunia dari serangan Doomsday. Akan tetapi Flash, Aquaman, dan Cyborg perlu dibujuk lebih lanjut. Toh setelah menyadari besarnya ancaman yang ada, ketiganya pun mau bergabung. Pertanyaannya adalah apakah kekuatan gabungan dari kelimanya cukup untuk menghentikan musuh?

Musuh yang kita bicarakan di sini adalah Steppenwolf, seorang alien dari dunia lain yang dulunya pernah ingin menguasai dunia tetapi dihentikan kekuatan gabungan dari para petarung Amazon, orang Atlantis, sampai dewa-dewa Yunani dan polisi luar angkasa Green Lantern. Setelah kematian Superman, Steppenwolf percaya bahwa dunia kini bisa ia kuasai (Kenapa ia tak menyerang dunia sebelum Superman datang 30 tahun yang lalu? Saya tidak tahu). Dengan kekuatan laskar ratusan hingga ribuan Parademon, Steppenwolf hendak mengaktifkan tiga kotak Mother Box yang bisa menghancurkan dunia. Bisakah Justice League mencegah rencana jahat ini?

Sulit untuk menilai Justice League sebagai sebuah produk yang koheren sebab ini adalah sebuah film yang dihasilkan oleh dua sutradara. Bukan rahasia bila Man of Steel maupun Batman v Superman adalah dua film DC yang… tidak benar-benar dicintai oleh para fans, kecuali fans garis keras. Begitu kerasnya kritikan akan BvS membuat studio Warner Bros kebingungan. Mereka hilang muka bila membatalkan proyek Justice League (yang saat itu dicanangkan sebagai dwilogi – lantas diubah menjadi film satuan saja) tetapi mereka juga tidak ingin nekat membiarkan Zack Snyder terus menggarap DCEU yang jelas-jelas tidak disukai para fans.

justice

Lantas sebuah tragedi terjadi karena anak dari Snyder bunuh diri, membuat sang sutradara harus mengundurkan diri ketika film ini belum seratus persen selesai disyuting, Warner Bros lantas mendapuk Joss Whedon, sutradara dari The Avengers sebagai penggantinya, mungkin ingin tuah Marvel tertular ke DC? Mengingat gaya Snyder yang serius dan Whedon yang ceria adalah dua gaya yang sangat berbeda, hasilnya membuat Justice League bak film yang punya krisis identitas. Di satu sisi ceritanya terkadang ceria dan di satu sisi lagi sinematografinya cenderung kelam dan monokrom. Film ini juga dihantui dengan banyaknya editing dan perubahan dalam syuting, membuat banyak adegan di trailer yang hilang tidak ikut di film utamanya.

Pada akhirnya Justice League tidak lantas menjadi produk yang gagal total. Ketika saya menontonnya saya seperti menonton film yang… biasa-biasa saja. Tidak seperti The Avengers yang adalah kulminasi dari lima film sebelumnya. Ancaman Steppenwolf terasa datar dan sang villain pun terasa tak memiliki motif yang mengancam selain “hey, saya adalah penjahatnya jadi saya mau menguasai dunia” membuat ia tampak sebagai penjahat yang sangat membosankan. Justice League pun memiliki beban berat harus memperkenalkan tiga superhero: Flash, Aquaman, dan Cyborg di film ini sambil tak lupa membagi spotlight kepada Batman dan Wonder Woman. Walau tak sepenuhnya gagal (saya tak benci dengan ketiga karakter superhero baru ini) tetapi saya juga tak merasa benar-benar tertarik dengan film solo ketiganya setelah menonton Justice League. Omong-omong dari film solo ketiganya hanya Aquaman saja (oleh James Wan) yang pasti akan dirilis tahun depan sementara The Flash dan Cyborg masih terus diutak-atik karena belum menemukan konsep yang pas.

Satu hal yang kerap saya keluhkan dalam film-film DCEU adalah sinematografi yang kerap terlalu stylish dalam pertarungan membuat efek CG sangat terasa. Ini terlihat di dalam BvS dan Wonder Woman dan tetap terasa di film ini, terutama di pertarungan akbar di penghujung film. Saya tidak tahu apakah ini karena pengambilan adegan tambahan yang berlangsung beberapa bulan sebelum film ini dirilis membuat waktu untuk memoles efek CG nya menjadi kurang mulus.

Pada akhirnya dengan Justice League yang tampil jauh dari mengesankan di mata kritikus maupun di box office (mungkin akan menjadi film paling gagal di DCEU – ironis mengingat statusnya sebagai kulminasi DCEU), mungkin ini menjadi saat yang tepat bagi Warner Bros untuk benar-benar bercermin, ke manakah DCEU mau dibawa? Sebagai penonton dan pengikut berita film superhero saya sejujurnya bingung dengan arahan DCEU yang terus berganti-ganti setiap beberapa bulan. Memiliki game plan yang jelas seperti MCU adalah kunci kesuksesan, semoga Warner Bros bisa belajar hal tersebut.

Score: C+

reviewapasaja View All

A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.

One thought on “Justice League Leave a comment

  1. Tidak seperti bnyk temanku yg menyukai BvS, saya tidak sama sekali. Film yg gk beraturan dan tak ada conjunction antara scene-scennya. + gimmick the flash or apalag itu. Saya sngt menyukai MoS; still nothing compared to MCU, atau karya Zack lain seperti Watchmen. Tapi saya tahu BvS adalah film yang ambisius ingin bagus. Dari kehancuran BvS, beberapa alasan di atas tetap membuatku positif bagaimana film Justice League kelak.

    Alhasil… ya not bad lah dan gak bagus juga. Saya suka beberapa scene, seperti opening yang ada alunan musik “everybody knows.” But tetep kecewa dibagian2 humor recehnya Joss Whedon (I love the Avengers). Kalo mo serius ya serius, jangan buat mood dan tone filmnya jadi berantakan gini. Overall gue kecewa, meskipun kalau akhirnya filmnya bakal dicerca kritikus—dua visi sutradara yang bagai langit dan bumi dijadikan satu, lebih baik satu sutradara saja, tapi konsisten,

Leave a Reply

%d bloggers like this: