John Wick 3: Parabellum
Apabila John Wick pertama membangun karakter John Wick, John Wick: Chapter 2 membangun dunia dan mitologi di sekitar John Wick, maka apa yang ditawarkan John Wick 3: Parabellum ini?
Jawabannya sudah terdapat pada judul film ini. Parabellum sebagai tajuk film diangkat dari sebuah peribahasa latin: ‘Si vis Pacem, Para Bellum‘. Artinya ‘If you want peace, Prepare for War‘. Dan itulah yang ditawarkan oleh John Wick 3. Perang yang sedahsyat mungkin antara sang Baba Yaga dan para Assassin yang dikirim untuk menghabisinya.
Spoiler bagi mereka yang belum menonton film John Wick 2, film tersebut diakhiri dengan John Wick yang melanggar koda para Assassin, ia membunuh Santino d’Antonio yang adalah seorang anggota High Table di dalam Hotel Continental. Peraturan para Assassin di dalam film ini secara jelas dan tegas menyebutkan bahwa Hotel Continental merupakan safe haven bagi orang-orang di sana, membunuh Santino d’Antonio adalah sebuah perbuatan terlarang. Ini membuat John Wick statusnya ditetapkan sebagai excomunicado. Dalam waktu satu jam ia akan diburu oleh semua Assassin di kota New York.
Penghakiman tidak hanya datang kepada John Wick semata tetapi juga pada teman-temannya. High Table yang murka karena salah satu anggota mereka dihabisi mengirim seorang misterius bernama The Adjudicator. Sang Adjudicator ini bersifat sebagai seorang analis lapangan. Ia mengecek mayat dari Santino d’Antonio dan mencari orang-orang yang bertanggung jawab atas kematiannya. Winston, sang manager dari Hotel Continental, dan Bowery King sebagai mata-mata kota New York pun tak lepas dari ganjarannya. Di sisi lain John Wick harus berusaha bertahan hidup diburu oleh para pembunuh yang tak kalah lihai dari dirinya. Sampai kapan John Wick bisa berlari? Apa yang bisa ia lakukan supaya High Table dan komunitas para Assassin tak memburu dirinya lagi?
Kalau harus jujur film John Wick yang pertama itu biasa saja di mata saya. Saya suka dengan konsep para Assassin tetapi tidak dengan konsep balas dendam John Wick. Maklum, ketika John Wick pertama lahir di tahun 2014 lalu hanya konsep Assassin saja yang membedakan John Wick dari banyak – banyak film ala Taken yang hadir di pasaran pada masa itu. Ya, koreografi pertarungan di film itu sedikit lebih baik dibandingkan dengan film-film Hollywood lain – tetapi sialnya 2014 merupakan tahun dimana The Raid 2 muncul, dan film itu masih merupakan film martial arts terbaik di dekade ini. Jelas saja koreografi John Wick – walaupun apik – masih terbanting.
Baru saat John Wick 2 lah saya menjadi seorang fans dari franchise ini. John Wick 2 menggarap koreografi aksi di film ini dengan lebih serius ditambah dengan pengembangan mitologi para Assassin dan peraturan-peraturan mereka membuat film ini terasa lebih berunsur fantasi. Dengan tambahan cliffhanger di akhir film, saya dibuat bertanya-tanya ke mana film ini akan dibawa di entri ketiganya ini?
Jadi bagaimana dengan John Wick 3? Well, untuk mendiskusikan film ini saya harus membedahnya dari dua aspek yang berbeda: cerita dan aksi. Untuk segi cerita John Wick 3 saya rasa lebih lemah ketimbang John Wick 2. Saya suka dengan balance di John Wick 2 di mana nuansa fantasi dan realistis dari filmnya terasa seimbang. Ada momen-momen yang ‘ajaib’ di film ini tapi saya masih bisa percaya bahwa ini adalah sebuah film yang bersetting di dunia nyata, hanya dengan sosok Assassin yang hidup di dunia underground mereka sendiri. Di film ini bagaimanapun juga John Wick 3 makin menjurus ke bagian fantasi dan meninggalkan settingnya yang realistis. Buruk? Tidak juga. Itu tergantung bagaimana ekspektasimu akan film ini. Apabila bisa menerima bahwa John Wick mirip dengan jagoan komik maka ya, film ini keren-keren saja. Saya sendiri merasa John Wick 2 masih lebih baik.
Tapi kalau kita bicara soal setpiece aksi dari Parabellum maka… wow. Hanya itu saja yang bisa saya katakan. Saya angkat topi untuk penata aksi dari film ini. Hampir setiap adegan fight di dalam film ini dilakukan secara inventif dengan koreografi yang variatif sehingga hampir tak ada setpiece aksi manapun yang terasa sama ataupun monoton. Dan bicara soal begitu banyaknya koreografi film yang apik di film ini, saya acungkan jempol untuk segmen pertarungan John Wick melawan para Assassin di toko barang antik dan satu lagi gun fight yang sangat memorable di Casablanca bersama dengan Halle Berry dan para anjing. Bicara soal Halle Berry, kendati ia tak tampil lama di film ini saya merasa bahwa ia merupakan tambahan terbesar (selain The Adjudicator) di dalam film ini. Salut untuk Berry yang tak kalah tangkas dengan Reeves melakukan stunt-stuntnya sendiri di sini. Sulit dipercaya kalau melihat keduanya sudah berusia setengah abad tetapi fisik keduanya masih begitu tangguh!
Secara keseluruhan apabila saya harus menilai tiga entri dari John Wick saya masih menilai John Wick 2 sebagai paket film yang paling komplit, John Wick 3 sebagai yang paling bombastis dan seru adegan aksi-nya dan John Wick pertama sebagai film yang memiliki makna personal yang paling mendalam. Bagi kalian penonton Indonesia pun saya rasa akan sangat senang melihat tampilnya Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman di film ini. Kedua alumni The Raid ini tampil kocak dan seru di sini. Sebagai apa? Tonton saja sendiri ya.
Score: A-
Categories
reviewapasaja View All
A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.
Lo bener si soal genre shifting di Chapter 3. Bayangkan betapa ternganganya gw pas John ketemu The Elder di tengah gurun setelah sebelomnya kudu melakukan perjalanan tapa yang menyiksa. Gw ga siap dengan perubahan mendadak it dan ekspektasi gw jadi sempet oleng. Tapi ketika gw pertimbangkan, emang universenya sangat terbuka bwat dikembangkan either ke arah fantastis ato realistis. Rupanya mereka melilih fantasi sekalian kaya Harry Potter tapi penyihir ganti assasins. Gw menerima perubahan itu bahkan menyukainya. Tbh gw lebih enjoy The Neo Noir Fantasy World of John Wick ketimbang dunia Harry Potter di Fantastic Beast