Abominable
Di tahun 2019 Dreamworks Studio melanjutkan tren mereka merilis lebih dari satu film animasi per tahunnya. Di awal tahun mereka merilis How to Train Your Dragon: The Hidden World yang menjadi pamungkas dari trilogi How to Train Your Dragon. Akan tetapi tidak hanya itu Dreamworks juga merilis satu lagi film animasi berjudul Abominable di penghujung tahun. Berbeda dengan The Hidden World, film Abominable tidak mereka produksi secara penuh tetapi bekerja sama dengan Pearl Studio dari China. Walaupun tercatat sebagai kolaborasi pertama kedua studio ini, sebenarnya Dreamworks sudah pernah bekerja sama dengan Oriental Dreamworks (pendahulu Pearl Studio) merilis film Kungfu Panda 3 di tahun 2016 silam.
Apa yang membuat Abominable ini berbeda dari film animasi lain? Yang pertama adalah lokasinya. Rata-rata film animasi bersetting di ranah fantasi atau kota-kota di Amerika Serikat. Abominable bersetting di Shanghai dan memiliki karakter utama tiga orang: Yi, Peng, dan Jin. Ketiganya adalah anak muda China. Yi sedang mengalami masalah dengan Ibu dan Nenek-nya sepeninggal sang Ayah. Jauh di dalam lubuk hatinya Yi sangat kangen dengan sang Ayah yang sudah tiada sehingga perlahan tapi pasti mulai menutup hatinya dari dunia luar. Bahkan ajakan Peng sang tetangga buat main pun tak digubris olehnya.

Tak diketahui oleh Yi, tak jauh dari tempat tinggalnya seekor makhluk Yeti (Abominable Snowman) meloloskan diri dari tangkapan di sebuah Lab dan bersembunyi di atap rumahnya. Yi yang tak sengaja menemukannya memutuskan untuk membantu sang Yeti – yang ia beri nama Everest – untuk pulang ke rumahnya di Gunung Everest. Ya, sutradara sekaligus penulis naskah Jill Culton kurang cakap memberi nama sehingga membuat orang bingung. Dibantu oleh Peng dan Jin, berangkatlah keempatnya menuju ke pegunungan Himalaya sambil diburu oleh korporasi Burnish Industries yang ingin menangkap makhluk langka mereka kembali.

Kalian pernah menonton film Venom? Abominable praktis mengambil skenario yang sama dan hanya mengubahnya sedikit. Tidak ada yang baru di dalam film animasi ini. Kisah persahabatan antara Yi dan Everest (si Yeti) terasa terlalu terburu-buru sehingga tidak mengesankan, bandingkan dengan pertemuan pertama Hiccup dan Toothless di film pertama How to Train Your Dragon. Saya bisa mafhum sebab karya pertama dari Jill Culton dulu: Open Season, mengangkat tema yang sama, dan juga jatuh flat dalam hubungan chemistry persahabatan beruang dan manusia. Sedih melihat kemampuan Culton tak berkembang setelah 13 tahun berlalu.
Lebih mengecewakan dari Abominable adalah bagaimana potensi dalam film ini tidak digali maksimal. Mengingat settingnya di Shanghai (juga China) dan protagonisnya adalah keluarga Cina, ini merupakan kesempatan emas bagi Jill untuk memasukkan berbagai elemen Asia Timur ke dalam film ini dan membuatnya berbeda dengan film animasi petualangan kebanyakan. Strategi yang sama membuat Crazy Rich Asians sangat sukses dan berbeda dengan rom-com lainnya. Sayang, lagi-lagi potensi ini tidak tergali. Terlepas dari beberapa locale Cina yang indah (terutama Giant Buddha di Leshan) saya kok merasa film ini bisa terjadi di manapun. Untuk kultur Asia Timur-nya? Hm… lagi-lagi tidak terasa maksimal digali, entah apakah Jill bermaksud mengatakan bahwa kini budaya timur dan barat pada dasarnya sama saja?

Pada akhirnya Abominable adalah sebuah film animasi yang membosankan dan mengecewakan. Chemistry para karakternya datar, dialognya terasa garing dan humornya hanya mengandalkan slapstick humor, bahkan musiknya pun garing dan di beberapa bagian terasa out of tune! Ekspektasi saya akan film ini sungguh ketinggian dan jatuhnya ini malah salah satu film paling membosankan yang saya tonton tahun ini. Skip it.
Score: 5
Categories
reviewapasaja View All
A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.