Tapestry
Stonemaier Games adalah sebuah publisher Board Games yang dicintai sekaligus dibenci di kalangan Board Games.
Tidak berlebihan kalau saya mengatakan bahwa mereka mirip dengan Apple-nya dunia Board Games.
Stonemaier Games, tentu saja, didirikan oleh sang kreator BG terkenal Jamey Stegmaier. Saya pertama kali mengenal nama Jamey Stegmaier saat memainkan game garapannya: Viticulture: Essential Edition. Game tersebut termasuk salah satu awalku berkenalan dengan game bertipe Mid Euro. Saya mencintainya.
Dan sepertinya saya tidak sendiri, sebab game-game dari Stegmaier entah kenapa selalu bisa menarik perhatian orang. Itu termasuk Board Game Scythe, yang masuk dalam jajaran salah satu Board Game terbaik di tahun 2016 dulu. Semenjak saat itu, sepertinya setiap kali Stonemaier Games mau merilis sebuah game (biasanya via Kickstarter) hype publik akannya langsung meningkat drastis.

Puncaknya terjadi di tahun 2019 lalu, di mana Stonemaier Games ‘hanya’ merilis dua game saja tetapi keduanya termasuk dalam game paling terkenal tahun tersebut.
Game pertama adalah Wingspan, yang didesign oleh Elizabeth Hargrave, dan mendapatkan banyak penghargaan Board Game prestisius. Dan game kedua, didesign oleh Jamey Stegmaier sendiri adalah Tapestry. Stegmaier menjanjikan Tapestry sebagai sebuah Board Game dengan tema Civilization, di mana kamu bisa membangun dan mengembangkan peradabanmu sendiri.
Lengkap dengan minis-minis kecil yang menarik, Tapestry langsung menarik perhatian orang di mana pre-ordernya langsung berbanjiran.
Tapi di sini terjadi sesuatu yang… unik.

Mereka yang mendapatkan Tapestry menganggap bahwa hype akan Tapestry terlalu berlebihan dan game tersebut mulai mendapatkan backlash yang signifikan dari komunitas Board Game! Saya akhirnya berkesempatan memainkan Tapestry dan cari tahu, how does Tapestry really play?
Dalam Tapestry, kamu adalah sebuah peradaban yang baru mulai membangun. Kalian bahkan baru mulai menemukan Api, sinyal bahwa peradabanmu kini siap berkembang.
Untuk mengembangkan peradabanmu Tapestry memiliki empat Row / Baris yang berbeda: Science, Technology, Exploration, dan Military. Masing-masing Baris akan memberikan keuntungan yang berbeda-beda untuk setiap Player.
Secara mekanisme permainan, gamer harus berfokus pada dua Board yang berbeda. Board yang pertama adalah Board di tengah yang berisi wilayah yang bisa diperebutkan oleh pemain. Menguasai wilayah di tengah permainan adalah salah satu cara untuk mendapatkan Skor – terutama kalau kamu merupakan pemain yang lebih suka elemen konfrontatif.

Tetapi pemain yang mungkin lebih pasif dan menghindari konfrontasi akan sibuk membangun di Player Board personal mereka sendiri. Setiap line yang kamu bangun di dalam game ini juga akan membuat kamu mendapatkan skor, yang berarti ini adalah cara lain gamer menambah pundi-pundi poin mereka.
Dan, tidak hanya itu saja. Seperti yang saya katakan tadi: Tapestry memiliki empat Baris kemajuan peradaban yang berbeda. Dalam sebuah playthrough, adalah hal yang mustahil untuk memajukan semua Baris kalian secara maksimal. Kalian akan mengorbankan satu dua aspek dari peradaban kalian untuk memajukan yang lainnya. Pertanyaannya: yang mana? Jawabannya: strateginya akan berbeda-beda, tergantung dari ciri peradaban apa yang gamer pilih di awal permainan.
Saya belum cukup sering memainkan Tapestry untuk tahu apakah semua peradaban yang ada diciptakan secara seimbang, tetapi yang jelas saya menang dengan cukup telak menghadapi pemain lain setelah mengaplikasikan strategi yang benar sesuai peradaban saya.
Apabila ditanyakan mekanisme apa saja yang dipakai dalam game ini, well, cukup banyak. Jamey sepertinya berusaha memasukkan berbagai jenis gameplay di sini seperti kekuatan pemain yang berbeda-beda, polyomino, tile placement, dice rolling, dan lain-lain. Sepertinya terlihat kompleks – terutama dengan berbagai macam simbologi yang ada di game, tetapi setelah dimainkan akan cepat dimengerti.
Sayangnya saya tak merasa semua gameplay di sini seperti menyatu dengan kohesif.
Ambil contoh komponen bangunan minis yang ada di game ini. Ketika saya pertama membuka kardus Board Game dan melihat komponen-komponen minis yang ada di dalamnya, saya tersenyum lebar dan girang. Stonemaier Games tak hanya memasukkan berbagai jenis mini yang indah – tetapi mereka bahkan datang dalam mode Pre-Painted alias sudah dicat dari sananya!

Saya juga kecewa bagaimana ternyata memajukan satu Baris dalam peradaban ternyata tidak banyak berpengaruh kepada Baris-Baris yang lainnya – dengan pengecualian pada satu Baris Science saja. Memang ada kombo-kombo yang bisa dilakukan misalnya dengan Exploration dan Military dan secara tematik itu masuk akal (kamu harus mengeksplorasi sebuah wilayah dahulu sebelum menaklukkan wilayah tersebut), tetapi secara keseluruhan interkoneksi antara keempat Baris yang ada tak sekuat yang saya harapkan. Jauh bila misalnya dibandingkan dengan… katakanlah Wingspan, yang juga game rilisan dari Stonemaier Games.
Walaupun saya mengkritik game ini, saya tak kemudian mengatakan bahwa ini sebuah game yang buruk. Ia masih tetap seru untuk dimainkan, dan keberhasilan kamu memasang kombo untuk mendapatkan poin yang banyak tetap sebuah kepuasan tersendiri. Toh, untuk game dengan gameplay sesederhana Tapestry – saya malahan merasa bahwa segala komponen mewah yang ada di dalam kotaknya terasa eksesif dan berlebihan, apalagi since it doesn’t do much selain jadi pajangan saja.

Pada akhirnya, saya tidak bisa menyarankan Tapestry kecuali bagi kalian yang memang benar-benar kolektor Board Games karya Jamey Stegmaier. Production Value dari Tapestry masih sekeren game-game rilisan Stonemaier Games lainnya, so if you’re looking for an eye-catching game, you won’t go wrong. Tapi bagi kalian yang ingin sebuah game yang lebih dari sekedar eye-candy dan Civilization-light, mungkin perlu mencari game lainnya.
Score: 6
Categories
reviewapasaja View All
A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.