Skip to content

The Queen’s Gambit

Saya adalah seorang Board Gamer.

Bagi mereka yang kerap membaca review di situsku ini tentu tahu bahwa selain Film dan Video Game, saya juga kerap menulis review tentang Board Game. Dan apa sih Board Game yang paling prestisius di dunia?

Monopoly? Mungkin itu Board Game yang paling terkenal, tetapi kalau paling prestisius jelas tidak.

Jawaban dari apa Board Game paling prestisius di dunia adalah: Catur. Olahraga yang diakui merupakan adu otak antara orang-orang paling brilian di dunia, terutama di dunia barat. Semenjak tahun berdekade-dekade lampau, ada banyak sekali Grandmaster Catur yang terus melatih kemampuannya, bertarung satu melawan yang lain memperebutkan titel sebagai pemain Catur terbaik dunia.

Ada hal yang unik. Di antara jajaran pemain-pemain top dunia Catur, sedikit sekali pecatur wanita bisa masuk ke dalamnya. Terlepas dari Judit Polgar dari Hungaria, tidak ada satupun pecatur wanita lain yang bisa mendapatkan ELO (nilai rating dalam Catur) yang lebih tinggi daripada 2700 (ia memiliki Peak ELO 2735 yang menempatkannya pada peringkat 53 terbaik sepanjang masa). Sedikit ironis sih, mengingat bidak catur yang terkuat adalah sang Ratu (Queen).

THE QUEEN’S GAMBIT (L to R) ANYA TAYLOR as BETH HARMON in THE QUEEN’S GAMBIT. Cr. CHARLIE GRAY/NETFLIX © 2020

Sebuah novel berjudul The Queen’s Gambit karya Walter Tevis. Novel ini mengangkat kisah seorang pecatur wanita jenius fiktif Beth Harmon. Beth adalah seorang Yatim Piatu yang masuk ke dalam Panti Asuhan. Beth adalah seorang gadis yang pendiam dan introvert sehingga pada awalnya ia sulit beradaptasi dengan teman-teman yang lain. Beth menemukan kegembiraan sendiri ketika bermain dengan seorang Janitor (Tukang) di Panti Asuhan bernama Shaibel. Bakat Beth terlihat di sini ketika dengan cepat ia mampu belajar semua permainan Shaibel dan menumbangkannya.

Kejeniusan Beth makin terlihat ketika ia mampu mengalahkan pemain-pemain catur di klub Catur SMU pada masa mudanya. Sayangnya, Beth dari kecil juga sudah ketergantungan dengan Obat Sedatif (Anti-Depresan). Di jaman dulu, sistem Obat-Obatan / Farmasi di Amerika agak berbeda dengan sekarang, di mana anak-anak diberi Anti-Depresan secara teratur bak Vitamin. Ketika peraturan itu mulai ditangguhkan, beberapa anak termasuk Beth sudah kecanduan.

Saat Beth beranjak remaja, ia akhirnya diadopsi oleh sebuah keluarga yang tidak harmonis: keluarga Wheatley. Tidak lama setelah mengadopsinya, Bapak – Ibu Wheatley berpisah. Sang Ayah pergi entah ke mana sementara sang Ibu akhirnya hidup bersama Beth. Ketika Alma, Ibu Angkat dari Beth, menyadari talenta dari anaknya, mereka berdua pun memulai karir mereka sebagai pemain Catur dunia. Bisakah Beth mendobrak olahraga Catur yang penuh dengan pemain Pria?

Menonton The Queen’s Gambit bagi saya mengingatkan dengan gaya penceritaan ala Anime. And that’s the fun of it. Salut kepada penggarapan sutradara Scott Frank yang mampu membuat olahraga Catur menjadi sebuah olahraga yang seru. Saya turut tertawa melihat nama Garry Kasparov duduk sebagai konsultan permainan. Bukan apa-apa, ketika Garry Kasparov dulunya bersua dengan Judit Polgar – bisa dibilang sosok yang paling mendekati Beth Harmon di dunia nyata – ia terkenal sekali mengatakan kepada Judit bahwa posisi wanita bukan di depan Papan Catur, tetapi di Dapur. Bagaimana perasaan Kasparov ketika menjadi konsultan untuk kisah ini? Mungkinkah dia malu dengan statement yang ia lontarkan semasa muda dulu?

Anyway, serial ini tidak hanya mengedepankan pertarungan di atas Papan Catur saja tetapi juga dengan setting lokasi dan pakaiannya. Pertarungan Beth Harmon menanjak peringkat catur membawanya ber’tamasya’ ke berbagai macam negara mulai dari Meksiko, Paris, sampai Moskow. Saya hanya terkagum-kagum membayangkan berapa budget yang dicurahkan oleh Netflix menggarap mini-seri 7 episode ini sebab tiap lokasi digarap semendekati aslinya, tak hanya setting luar negeri tetapi juga eranya di dekade 1960an. Begitu otentiknya setting, saya merasa seakan ditransportasi ke lima bahkan hampir enam dekade yang lampau saat menontonnya.

Saya juga suka dengan penampilan para pemain di film ini. Menggawangi serial ini sebagai tokoh utama adalah Anya Taylor-Joy, artis muda yang membuktikan bahwa dia memang piawai berakting. Joy sudah lama masuk ke dalam radarku sejak bermain dalam film Split berbarengan dengan James McAvoy, tapi ini adalah peran pertamanya yang benar-benar layak diacungi jempol. Transformasinya dari Beth yang introvert menjadi Beth yang lebih outspoken dia mainkan secara baik. It’s not an easy role, but Joy made it look easy.

Joy perlu bersyukur sebab ia dikelilingi oleh artis-artis yang mendukung performanya. Dua dari main supporting cast di sini: Thomas Brodie-Sangster dan Harry Melling mungkin dikenal oleh penonton di hari-hari muda mereka baik lewat film Love Actually dan seri Game of Thrones bagi Thomas dan Harry Potter series bagi Harry. Menyenangkan melihat wajah-wajah bocah kecil itu kini sudah tumbuh dewasa dan menantang diri mereka masing-masing dengan performa yang berbeda. Jangan lupa juga memperhatikan performa Marielle Heller yang biasanya lebih dikenal sebagai sutradara, tetapi performanya di sini sebagai Alma, ibu angkat Beth, menjadi salah satu nyawa cerita mini-seri ini.

Pada akhirnya, terlepas dari kamu adalah penggemar Board Game atau bukan, penggemar Catur atau bukan… this is a great mini-series to watch. Saya kok berharap akan digarap season dua bagi seri ini, melepas diri dari bayang-bayang novelnya, dan membawanya sedikit ke masa yang lebih modern. Katakanlah dekade 1970an sampai 1980an? Ceritanya? Bagaimana kalau kali ini Beth harus menghadapi seorang Prodigy muda lain? Wouldn’t that be an interesting story?

Score: 8.0

reviewapasaja View All

A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.

One thought on “The Queen’s Gambit Leave a comment

Leave a Reply to AnDoCancel reply

Discover more from Review Apa Saja

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading