Greenland
Kisah bencana alam sudah cukup lama tidak muncul di layar lebar. Terakhir yang kuingat adalah film bernama Geostorm yang dibintangi oleh Gerard Butler di tahun 2017. Tetapi film tersebut tak seberapa terkenal. Yang kuingat benar-benar menggigit adalah film 2012 karya Roland Emmerich… dan film itu dirilis di tahun 2009 lampau. Nampaknya setelah film macam Deep Impact dan Armageddon yang mengguncang dunia di awal millenium lalu, genre ini tak seberapa nendang lagi.
Kini film berjudul Greenland muncul dan lagi-lagi dibintangi oleh Gerard Butler. Apa ada sesuatu dari film ini yang spesial dan membuatnya berbeda dari film-film bencana lainnya?

Dunia tengah bersiap melihat melintasnya Komet Clarke. Komet ini adalah komet yang paling dekat dengan bumi dan bisa dilihat dengan mata telanjang. Akan tetapi perhitungan para ilmuwan meleset – mereka tidak menduga bahwa berbagai serpihan dari komet Clarke ternyata tak sekedar melintas tapi menghujam ke bumi. Sekarang John Garrity bersama dengan istri dan anaknya harus berpetualang untuk menuju ke bunker terdekat yang disediakan pemerintah guna menyelamatkan diri mereka.
Greenland adalah sebuah film bencana yang tak serupa dengan kebanyakan film bencana lain yang saya tonton, sebab ia berusaha mengangkat sisi humanis dari bencana itu. Kurang lebih mengingatkanku kepada Deep Impact. Tidak ada aksi bombastis penyelamatan manusia dengan mengirim astronot ke luar angkasa atau aksi menyelamatkan diri dengan stunt fantastis macam film 2012. Film ini terasa lebih natural di mana tidak ada sosok antagonis di film ini. Banyak orang berkorban guna memastikan keselamatan umat manusia, dan banyak orang lain juga bisa bertindak egois guna menyelamatkan diri mereka masing-masing.

Akting dari Gerard Butler di sini jauh dari sosoknya Mike Banning yang jagoan di trilogi Fallen atau Raja Leonidas di 300. Di sini Butler tampil sebagai sosok ayah yang humanis. Yang melakukan apapun yang ia bisa untuk menyelamatkan istri dan anaknya dari bencana yang ada. Penampilan yang tak kalah bagus juga dibawakan oleh Morena Baccarin. Kendati ini adalah penampilan pertama keduanya, mereka mampu menjual chemistry sebagai suami – istri yang hubungannya sedang tidak harmonis tetapi berusaha memperbaiki hubungan itu. Saya sepertinya harus memberikan kudos kepada Chris Sparling yang menulis naskah film ini. Terakhir saya hanya menonton filmnya Buried yang dirilis sedekade lalu (Wow, has it been that long? Time flies!)

Butler yang bertindak juga sebagai produser film ini mengajak rekannya Ric Roman Waugh sebagai sutradara film ini. Ini bukan kolaborasi pertama mereka. Waugh sebelumnya sudah menyutradarai Angel Has Fallen – film ketiga dalam trilogi Fallen dan akan menyutradarai film keempatnya: Night Has Fallen. Terbukti kolaborasi antara keduanya cocok sehingga Butler kembali mempercayainya jadi sutradara di sini. Dan pilihan itu tak salah, Waugh mampu memberi balance yang baik untuk adegan-adegan disaster yang bombastis dipadukan dengan momen-momen kecil yang humanis. Tapinya saya agak menyayangkan ending film ini yang… agak kepanjangan. Film ini akan lebih sempurna lagi andaikata ia berakhir lima menit lebih cepat ketimbang ending orisinilnya. It felt perfect at that moment, and dragged for a few minutes too long.
Pada akhirnya, Greenland boleh jadi memiliki budget lebih kecil dibandingkan 2012 ataupun Geostorm – dan memang sih hal itu kentara dari CG yang terlihat lebih kasar. Tetapi semua kekurangan itu ditutupi dengan kekuatan cerita serta kuatnya akting dari dua lead utama-nya. Bagi kalian yang suka dengan film Disaster yang tidak begitu-begitu saja, beri film ini kesempatan. You won’t be disappointed.

Score: 7.0
Categories
reviewapasaja View All
A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.