Skip to content

Alice in Borderland

Serial Manga Imawa no Kuni no Arisu pertama kali ditulis oleh mangaka Haro Aso pada tahun 2010 sampai tahun 2016. Serial ini sudah pernah diadaptasi dalam format Anime dalam bentuk OVA sejumlah tiga episode di tahun 2014 lalu. Sekarang, Netflix memutuskan untuk menggelontorkan dana mengadaptasi versi Live Action-nya. Dengan dibintangi oleh Yamazaki Kento, salah satu aktor muda negeri Sakura yang paling terkenal, apakah ini bisa menjadi serial breakout hit bagi Netflix dari Jepang? Let’s dive in.

Ryohei Arisu adalah seorang yang… hopeless. Dia seorang gamer, dan bisa dibilang tak punya tujuan hidup. Dia berasal dari keluarga berada sih, jadi dia tak perlu khawatir kekurangan uang. Walhasil, Arisu tiap hari hidup luntang-luntung tidak jelas bersama dengan kedua temannya: Karube dan Segawa. Mendadak ketiga ketiganya sedang bermain-main di Shibuya, mereka mendadak saja mendapati bahwa Shibuya kosong. Kosong total. Seakan tidak ada orang sama sekali di Shibuya. Bisakah kalian percaya itu? Tempat yang disebut perlintasan paling populer dan paling ramai di dunia mendadak saja kosong?

Ternyata Arisu, Karube, dan Segawa sekarang dipaksa untuk berpartisipasi dalam sebuah permainan hidup – mati. Permainan hidup – mati ini berlangsung di seantero kota Tokyo yang tidak berpenghuni dan taruhannya adalah nyawa pemainnya. Kalau kamu kalah dalam permainan, kamu akan mati. Sebaliknya kalau kamu menang dalam permainan maka kamu akan mendapat ekstensi Visa. Ekstensi Visa ini bisa sepanjang tiga hari, bisa sepanjang lima hari, dan lain sebagainya. Tujuannya adalah untuk tetap hidup sebab bila Visa kamu habis masa berlakunya, mendadak saja kamu akan ditembak laser, entah dari mana, dan kamu akan langsung mati.

Arisu, Karube, dan Segawa memutuskan untuk berjuang hidup dan mati guna menyelesaikan tiap tantangan yang ada… dan kembali ke dunia nyata. Di tiap permainan, otak, persahabatan, sampai keberanian mereka akan diuji!

Kisah ciptaan dari Haro Aso ini banyak mengingatkanku kepada dua cerita manga Jepang lainnya: Gantz dan Liar Game. Alice in Borderland ini tampak sebagai kombinasi dari keduanya. Dari Gantz: permainan hidup – matinya dan dari Liar Game elemen teka-teki dan game di dalamnya. Ini yang membuat Alice in Borderland seru buat ditonton. Penonton memiliki keterikatan jangka dekat dan jangka panjang di tiap episodenya. Jangka dekatnya jelas: survival dari setiap pemain di dalam game ini, sementara untuk jangka panjang: memecahkan misteri bagaimana mereka ditransport ke kota Tokyo yang kosong dan siapa Game Master yang mampu mengorkestra hal ini.

Kisah serial ini disutradarai oleh Shinsuke Sato yang sepertinya memang merupakan orang yang tepat untuk menyutradarai serial ini. Bukan apa-apa, Sato sudah berulang kali menyutradarai film layar lebar hasil adaptasi anime… dan yah walaupun dia pernah menyutradarai Bleach Live Action, harap diingat kalau dia juga menyutradarai Gantz Live Action dwilogi. Dengan kata lain: dia adalah sutradara yang ‘seharusnya’ bisa untuk tugas ini.

Season pertama dari Alice in Borderland ini bisa dibilang terbagi dalam dua segmen: segmen pertama yang adalah episode 1 – 4 dan segmen kedua yang berawal dari episode 5 – 8. Bagi saya segmen terkuat dari Alice in Borderland adalah segmen pertamanya di mana permainan hidup-mati tiap karakter begitu terasa ditambah dengan hubungan emosional persahabatan dari trio Arisu, Karube, dan Segawa. Itu tidak berarti bahwa segmen kedua jelek tetapi secara tone memang terjadi perubahan yang sangat drastis pada serial ini. Saya jadi dibuat penasaran bagaimana Season kedua serial ini akan berubah lagi?

Netflix kentara menggelontorkan dana habis-habisan di serial ini dengan mampu menarik artis-artis terkenal masuk ke dalamnya. Tak hanya Yamazaki Kento saja yang di sini bermain tetapi juga ada Tao Tsuchiya, si artis muda manis yang menjadi Misao di Rurouni Kenshin Live Action. Ah, dan jangan lupa bagaimana serial ini mampu mereplikasi keadaan Shibuya yang kosong. Cukup menarik kalau dipikir-pikir bahwa di tahun 2020 kejadian ini benar-benar sempat terjadi saat Jepang dirundung dalam ketakutan COVID-19 (walaupun tentunya negara ini sudah lebih cepat pulih dari wabah COVID-19).

Alice in Borderland adalah sebuah tontonan seru-seruan yang oke untuk direkomendasikan. Tak perlu mengharap akting super bagus atau semua skenario yang masuk akal. Just enjoy the ride, dan sambil menanti season dua mungkin bisa menonton film Escape Room atau seri Liar Game untuk membuat penantian lebih managable.

Score: 7.0

reviewapasaja View All

A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.

Leave a Reply

%d bloggers like this: