Skip to content

The Subtle Art of Not Giving a F*ck

Mark Manson adalah seorang penulis blog terkenal yang merilis buku The Subtle Art of Not Giving a F*ck di tahun 2016. Buku non-fiksi self-help ini melejit karena judulnya yang cukup berani menggunakan kata umpatan ditambah dengan warna terang benderang yang menarik perhatian pembaca. Yang jadi pertanyaan adalah apakah buku ini just all style but no substance?

Dunia di jaman sekarang selalu memasarkan sebuah produk yang menyatakan kepada kita secara terselubung bahwa ‘kita tidak cukup’, ‘kita punya kekurangan’. Produk Kosmetik yang dipasarkan kepada kita memberi pesan terselubung kita tidak cukup cantik atau ganteng. Produk Pendidikan dipasarkan kepada kita memberi pesan terselubung kita tidak cukup pintar. Produk Investasi dipasarkan kepada kita memberi pesan terselubung bahwa kita tidak cukup kaya.

Dalam buku ini Mark Manson ingin memberikan anti-thesis dari segala ketidakcukupan itu. Bagaimana kalau kita tidak terlalu banyak peduli dengan segala hal tersebut? Dalam buku ini Mark berusaha membeberkan tips-tipsnya untuk membuat pembaca menyadari betapa permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi di dunia ini sebenarnya tidak spesial dan bisa diselesaikan.

Ada banyak tips yang diberikan oleh Mark Manson di dalam buku ini tetapi tidak banyak nasehat baru yang saya dapatkan. Ambil contoh tipsnya yang pertama: Mark mengatakan bahwa masalah yang dihadapi oleh orang-orang itu tidak spesial. Kamu tidak memiliki orang tua yang utuh karena kedua orang tua-mu bercerai di saat kamu kecil dulu? Surprise, you are not the only one. Jangan jadikan kisah ‘sedih’mu sebagai alasan kamu spesial, karena kemungkinan besar, banyak orang juga memiliki masalah sepertimu. Adalah tanggung jawabmu dan kamu sendiri untuk mengatasi masalah tersebut – dan jangan menudingkan tangan kepada orang lain.

Apakah nasehat di atas adalah nasehat yang bagus? Sudah tentu. Tetapi apakah nasehat tersebut adalah nasehat yang baru? Tidak. Kemungkinan besar guru konselingmu di sekolah pun pernah memberikan nasehat yang sama. Mark hanya mengatakannya dengan gaya bahasa yang lebih lucu dan kerap sedikit vulgar (ia banyak menggunakan umpatan dalam penulisannya).

Semakin jauh saya membaca The Subtle Art of Not Giving a F*ck , semakin saya sadar bahwa saya takkan menemukan hal-hal baru di dalam buku ini. Bahkan beberapa nasehat yang diberikan Manson sudah pernah saya dapatkan di buku Self-Help apik yang saya baca sebelumnya: The 7 Habits of Highly Effective People (that one is a classic must-read). Pun begitu this is not a bad read. Mark Manson menuliskannya dengan gaya bahasa yang santai dan menarget pangsa pasar anak muda.

Mungkin beberapa bagian penulisannya terasa agak menganggu (terutama bagi kaum hawa) sebab masa lalu Mark yang bak seorang fuckboy kadang disinggung di sini dan akan terasa kurang sensitif pada masa sekarang saat isu feminisme kerap diangkat (ingat, buku ini diterbitkan di masa sebelum gerakan #metoo terjadi). Tetapi terlepas dari itu saya merasa bahwa membaca buku ini terasa seperti berbincang dengan kawan yang memberimu nasehat akan kehidupan. It’s a fun but not preachy read.

Jadi untuk siapakah buku ini? Jawabannya untuk generasi jaman now yang merasa buku-buku Stephen R. Convey dan Dale Carnegie terlalu menggurui. Bagi para remaja yang ingin mencari jati diri mereka dengan membaca buku yang santai, saya rekomendasikan buku ini. Untuk mereka yang ingin sesuatu dengan muatan lebih berbobot dan baru, read something else.

Score: 7.0

reviewapasaja View All

A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.

Leave a Reply

%d bloggers like this: