The Classic
Nama Son Ye-jin belakangan ini melejit kembali setelah kesuksesannya membintangi serial Crash Landing on You. Tahukah kalian bahwa pada puncak popularitasnya dulu Son Ye-jin disebut sebagai satu dari tiga artis wanita yang paling populer di Korea dulu, bersamaan dengan Jeon Ji-Hyun dari My Sassy Girl dan Song Hye-kyo. Nah, seakan-akan turut menyusul kesuksesan dari kedua artis itu di layar kaca belakangan ini (Ji-hyun melalui serial My Love from the Star dan Hye-kyo melalui serial Descendants of the Sun), Ye-jin juga membintangi dan sukses dengan Crash Landing on You.
Tapi review ini bukan mau bicara soal serial drama terkenal tersebut. Sebaliknya, saya mengajak pembaca untuk memutar balik waktu ke tahun 2003, di saat Ye-jin merilis film berjudul The Classic. Asal tahu saja, ini adalah masa di mana Ye-jin aktif merilis film di layar lebar. Ada Lover’s Concerto yang ia rilis di tahun 2002 dan A Moment to Remember yang ia rilis di tahun 2004. So, how is The Classic?
Ini adalah kisah mengenai sebuah cinta terlarang yang bersemi antara Joo-hee dan Joon-ha. Kenapa saya mengatakan bahwa ini cinta terlarang? Sebab Joo-hee sebenarnya sudah dijodohkan dengan Tae-soo. Turut membuat masalah ini menjadi kompleks adalah Tae-soo dan Joon-ha adalah sahabat akrab. Nah, bagaimana Joo-hee akan memutuskan kepada siapa hatinya berlabuh?
Yang unik dari The Classic adalah kisah cinta ini digambarkan dalam dua bagian. Cinta segitiga antara Joo-hee, Joon-ha, dan Tae-soo ini dipaparkan secara flashback, sebab dituturkan dari sudut pandang Ji-hye, yang adalah anak dari Joo-hee, penonton belum tahu siapa ayah dari Ji-hye, dan pelan-pelan misteri itu akan dikupas. Ji-hye sendiri sedang jatuh cinta kepada Sang-min, seorang pria ganteng di sekolahnya, dan menggunakan surat cinta sang Ibu untuk membantunya menavigasi perasaannya yang sedang dimabuk asmara.
Apa yang membuat The Classic menjadi berbeda dari film Korea lainnya adalah cara penuturan dua kisah. Kisah masa lalu terasa lebih mendayu-dayu bak drama Korea yang penuh dengan tangisan. Di sisi lain kisah masa kini terasa lebih lucu dan easygoing, membuatnya lebih mirip dengan kisah cinta Korea yang modern. Dan perubahan tone dari dua cerita ini ternyata berhasil.
Film ini dibintangi oleh tiga aktor Korea muda di masa itu, yang kesemuanya berbakat. Buktinya baik Son Ye-jin, Cho Seung-woo, sampai Jo In-sung masih dianggap sebagai aktor-aktor kelas atas di Korsel sampai hari ini. Ini tentunya tidak mudah mengingat dunia entertainment di Korea yang sangat kompetitif. Akan tetapi saya tak merasa kalau performa mereka di dalam film ini merupakan yang terbaik. As I said before, mereka masih muda di sini (baca: hijau). Ini terutama kentara pada akting Ye-jin yang memegang peranan paling berat. Ia harus tampil sebagai Ibu dan Anak dan perbedaan sifat keduanya tak kelihatan di film ini. Ketimbang melihat dua peranan yang berbeda, saya serasa melihat ada dua Son Ye-jin bermain di film ini.
Pada akhirnya, terlepas dari semua kekurangannya, tak bisa dipungkiri kalau The Classic memiliki tempat di hati orang Korea yang tumbuh di era 2000an dulu. Ia memiliki scene-scene ikonik yang hingga hari ini masih kerap diparodikan, bahkan di serial-serial ternama macam Start-up dan Crash Landing on You sendiri. Kalau kalian ingin melihat seperti apa drama kisah romansa di Korea di awal dekade 2000an dulu, you can’t go wrong with The Classic.
Score: 7.0
Categories
reviewapasaja View All
A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.
Saya nonton film ini gara2 yg bikin Kwak Jae-yong, sutradara yg sama dgn My Sassy Girl. Surprise juga karena gayanya beda 😄.
Era awal 2000an, film korsel yang kusuka itu il Mare, Ditto dan Calla. Lagi suka2nya sama tema time travel.
Time Travel selalu memberi romansanya sendiri ya bro Ando 🙂 Il Mare kalau ga salah diremake jadi film Hollywood itu kan ya Lake House?