The Invisible Man
Kalau bicara soal H.G. Wells, orang biasanya tahu karya novelnya yang paling terkenal: The War of the Worlds. Tetapi tahukah mereka bahwa ada karya lain dari H.G. Wells yang tidak kalah terkenal? Judulnya adalah The Invisible Man, alias si manusia yang tidak terlihat. Karakter ini bukan pertama kali keluar di layar lebar sebab sudah ada beberapa film yang dibuat mengenainya. Bahkan bagi saya pun ini bukan kali pertama menontonnya. Saya sudah pernah menonton salah satu pembawaan The Invisible Man melalui film The League of Extraordinary Gentlemen tahun 2003.
Anyway, kembali ke film tahun 2020 ini, film yang dibintangi oleh Elisabeth Moss ini merupakan upaya dari Universal Pictures untuk kembali menghidupkan Monster Universe mereka – setelah gagal dengan The Mummy-nya Tom Cruise beberapa tahun silam. Ketimbang bergenre semi-petualangan ala film Tom Cruise itu, Universal memutuskan untuk memusatkan film ini dalam genre Horor dan membawa Leigh Whannell untuk menjadi sutradaranya. Whannell tentu saja sudah merupakan sutradara horor kawakan. Sahabat dari James Wan ini kerap menjadi penulis skenario film-film horor besutan sahabatnya, dan sekarang mulai memegang kendali di belakang kamera.
Bagaimana kalau pasangan kamu selalu mengabuse kamu? Tentu rasanya tidak tertahankan bukan? Itulah yang dirasakan oleh Cecilia Kass sampai-sampai ia memutuskan untuk kabur dari kehidupan rumah tangganya dengan Adrian. Akan tetapi, Cecilia masih terus merasakan paranoid disebabkan ia khawatir Adrian akan datang mengganggunya. Ini membuat hubungan Cecilia dengan Emily, saudaranya menjadi renggang. Begitu juga hubungan Cecilia dengan Detektif James yang rumahnya ia tumpangi selama ia bersembunyi dari Adrian.
Akan tetapi ketakutan Cecilia berakhir setelah Adrian meninggal dunia. Cecilia bisa memulai hidup barunya dengan uang warisan yang ia dapatkan dari Adrian – akan tetapi ini justru menjadi awal dari mimpi buruknya. Cecilia merasa bahwa Adrian sebenarnya masih hidup – dan masih meneror dirinya. Hanya saja, Adrian kini sudah berubah wujud menjadi makhluk tak kasat mata. Tentu saja orang di sekeliling Cecilia makin merasa dia gila. Apakah Adrian nyata? Atau Cecilia sekedar parno semata?
Film ini merupakan Thriller campur Horror yang cukup bagus dari Leigh Whannell. Whannell mampu menangkap momen-momen yang diam di dalam film ini dan menggunakannya menciptakan ketegangan. Salah satu taktik yang dipakai oleh Whannell adalah pemanfaatan ruang kosong. Dikarenakan ketakutan dari Cecilia rata-rata merupakan manifestasi dari imajinasinya, Whannell menggunakan ruang-ruang kosong di ruangan-ruangan film untuk membuat bulu kuduk kita merinding. Dan nyatanya, dia sukses. Film ini bisa dibilang minim jump scare tetapi ada satu momen yang bagiku mengagetkan terjadi di tengah film. Brilliantly executed.
Sayangnya film ini sedikit kehilangan gas ketika Whannell menyibak misteri di balik apa yang terjadi sebenarnya… dan makin kedodoran lagi mendekati akhirnya. Ada satu momen di seperempat akhir film yang terjadi dan langsung mengubah tone film ini dari ala Thriller / Horror menjadi Scifi / Action yang bagiku terasa aneh. Tidak membuat film ini jelek dan secara plot pun masuk akal, akan tetapi perubahan tone film ini saya yakini akan membuat penggemar film Thriller konvensional kecewa.
Sisanya, tak ada lagi yang perlu dibahas dari film ini. The Invisible Man seakan menahbiskan kemampuan Whannell sebagai seorang sutradara horor yang bisa diandalkan. Beri dia lebih banyak jam terbang lagi dan bukan tidak mungkin ia bisa menggantikan posisi James Wan sebagai Raja Sutradara film Horor. All he needs is his own signature style!
Score: 7.0
Categories
reviewapasaja View All
A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.