Skip to content

Dark Nights: Death Metal

Di tahun 2017, Scott Snyder dan Greg Capullo menciptakan even Dark Nights: Metal. Even ini diharapkan menjadi sebuah finale dari perjalanan panjang Scott Snyder menulis karakter Batman selama bertahun-tahun. Dari komik tersebut lahirlah salah satu villain paling ikonik DC di beberapa tahun terakhir: The Batman Who Laughs. Kesuksesan besar dari seri ini membuat DC menjadi ingin melanjutkan kisah Dark Nights. Maka, di tahun 2020, Scott Snyder dan Greg Capullo kembali lagi, kali ini dengan kisah paling epik mereka… Dark Nights: Death Metal.

Pada ending dari Dark Nights: Metal, secara tak sengaja para pahlawan DC menghancurkan Source Wall, salah satu tembok kosmik pembatas di DC. Dan karena itu mereka membebaskan Perpetua, sang Dewi Penghancur yang kekuatannya luar biasa. Seberapa luar biasa? Selama ini DC pernah mengalami tiga even Crisis yang terbesar: Crisis on Infinite Earths, Infinite Crisis, dan Final Crisis. Siapa sangka ketiga Crisis itu sebenarnya semua digawangi oleh Perpetua? Perpetua sekarang dibantu oleh tangan kanannya: The Batman Who Laughs memutuskan untuk menghancurkan seluruh Multiverse yang ada… dan para superhero yang tersisa tak lagi memiliki kesempatan.

Superman tubuhnya dijadikan generator batere matahari dan sebentar lagi akan tewas. Batman memimpin gerakan perlawanan bawah tanah yang tak punya harapan menang. Wonder Woman dipaksa menjadi sipir penjara untuk para penjahat dan superhero lain yang ditangkap. Tanpa adanya Trinitas utama DC untuk memimpin pertarungan secara terbuka, Perpetua dan The Batman Who Laughs sudah menang. Tetapi diam-diam ternyata para superhero sudah memiliki rencana lain…

Apabila Death Metal yang pertama adalah kisah dari Batman, maka sekuelnya ini adalah kisah dari Wonder Woman. Jangan salah, Superman dan Batman masih memegang peranan penting di dalam kisah ini, tetapi tidak ada keraguan bahwa Wonder Woman adalah sang protagonis utama. Adalah kebaikan hatinya, dan keberaniannya untuk menerima fakta dan kenyataan, yang membuat dia menjadi seorang superhero yang berbeda dari Batman maupun Superman. Seperti yang dikatakan oleh Scott Snyder dalam dialog di komik ini: Superman menginspirasi kita menjadi yang terbaik dan Batman menahan diri kita menjadi yang terburuk… Wonder Woman menginspirasi kita menjadi siapa diri kita sesungguhnya.

Scott Snyder menuliskan Wonder Woman dengan sangat baik. Saya kadang khawatir kalau komik memiliki fokus utama pada karakter superheroine, ia akan dibuat terlalu kekanak-kanakan atau terlalu sempurna. Tidak dengan Wonder Woman di sini. Dia kerap kali gagal, dia kerap kali ragu, dan dia nyaris kalah berkali-kali dalam pertarungannya. But like all the best heroes, Wonder Woman tidak pernah menyerah dan tidak pernah beralih dari prinsip yang membuat dia salah satu superhero paling ikonik dari DC.

Untuk supporting character dalam komik ini, Scott Snyder memberikan momen bersinar bagi Superman dan Batman, dengan fokus lebih kepada Batman. Sekali lagi Superman di antara tiga karakter utama DC terpinggirkan lagi. Sepertinya DC benar-benar harus berpikir keras bagaimana menempatkan Superman sebagai karakter sentral dalam sebuah crossover. Selama ini saya selalu melihat ia digunakan hanya sebagai deus ex machina dalam plot, atau selalu digambarkan tertawan sampai pada momen-momen pengakhiran sebuah komik.

Tapi Death Metal bukannya tanpa kelemahan. Sadar bahwa ini adalah sebuah komik yang sukses, DC menargetkan banyak spin-off di dalam komik ini. Dengan kata lain flow dalam komik ini beberapa kali akan terasa membingungkan sebab satu edisi berakhir dan edisi yang berikutnya mengambil lompatan jalan cerita yang berbeda. Saya tak bisa menyalahkan Snyder, ini sepertinya merupakan mandatorial dari DC untuk meningkatkan penjualan komik mereka. But with whatever limitation imposed to him, Snyder masih mampu membuat sebuah jalan cerita yang bisa dipahami oleh pembaca yang hanya mengikuti seri utamanya saja.

Artwork dari Greg Capullo seperti biasa masih top-notch. Saya tahu beberapa kritikus mengkritik karya Capullo di sini merupakan yang terlemah. I disagree. Coba lihat lagi karya-karya Capullo di awal dekade lalu dan perhatikan artworknya di sini. Orang ini terus meningkatkan kemampuannya. Apakah artwork Capullo di sini yang terbaik? Tidak. Dark Knight: Metal yang pertama lebih keren di mata saya, tetapi itu dikarenakan itu adalah Metal yang pertama. Death Metal tries to be bigger, bolder, crazier, tetapi efek cool dan keren dari Metal yang pertama tak bisa direplikasikan sepenuhnya.

Kalau kalian penggemar komik DC, this is the comic event of 2020 yang perlu kamu baca. Kalian akan bisa mengapresiasi komik ini sepenuhnya kalau kalian sudah pernah membaca tiga Crossover Crisis DC sebelumnya (membaca Dark Night: Metal dan Doomsday Clock adalah juga wajib). Bila tidak, well… too bad, karena komik ini tidak beginner friendly. Kalian tidak akan mengerti apa yang terjadi dalam komik ini. Overall, saya sangat enjoy membaca crossover yang satu ini. It’s a comic that rewards your loyalty to DC.

Oh, dan Patty Jenkins? THIS is how you write Wonder Woman as a character. Bukan siapapun itu yang berparodi menjadi Wonder Woman di film Wonder Woman 1984.

Score: 8.0

reviewapasaja View All

A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.

Leave a Reply

%d bloggers like this: