Skip to content

No Rules Rules: Netflix and the Culture of Reinvention

Salah satu perusahaan yang paling disruptif di era digital ini adalah Netflix. Tidak tanggung-tanggung, Netflix yang pada awalnya hanya layanan rental DVD secara online bertumbuh menjadi saluran streaming premium, dan sekarang bahkan menjadi salah satu studio film utama di Amerika – bahkan dunia.

Keberhasilan Netflix mendobrak industri perfilman konvensional (layar lebar dan layar kaca) layak diteliti lebih mendalam. Apa yang membuat perusahaan ini begitu berbeda dari perusahaan-perusahaan teknologi lainnya? Di dalam salah satu buku bisnis terbaik yang dirilis di tahun 2020 ini, CEO dari Netflix: Reed Hastings, menjelaskan The Netflix Way.

Yang membuat buku ini menarik dan berbeda dari buku-buku Bisnis sejenis adalah bagaimana ia mengambil format penulisan yang berbeda. Sebelum buku ini saya membaca Creativity Inc dan The Ride of A Lifetime, dua buku mengenai Pixar dan Disney yang juga bercerita mengenai bagaimana mereka menjalankan perusahaan mereka. Yang berbeda dengan buku ini adalah ia tidak sekedar menceritakan bagaimana Reed melakukannya, tetapi juga diselingi komentar dari Erin Meyer selaku pewawancara.

Ini membuat buku No Rules Rules menjadi lebih enak dibaca karena tidak hanya datang dari satu sudut pandang saja. Reed boleh menyatakan bahwa cara mengatur karyawannya adalah begini, tetapi Erin Meyer dalam seksi berikutnya akan menimpali bahwa cara itu bisa jadi efisien di perusahaan Netflix, tapi belum tentu berhasil di perusahaan lain. Jangan khawatir karena Erin Meyer adalah wanita yang kompeten untuk memberikan counter-idea sebab ia juga kerap menulis buku bisnis dan kontributor reguler di Harvard Business Review (HBR).

Di dalam buku ini Reed menyatakan bahwa tiga poin utama untuk bisa membuat sebuah perusahaan seperti Netflix adalah:

  1. Talent Density : Berarti berfokus untuk mendapatkan talenta terbaik untuk bekerja kepadamu. Bagi Netflix lebih baik menggaji satu orang luar biasa dengan gaji 3x lipat ketimbang menggaji tiga orang biasa dengan gaji standar.
  2. Culture of Candor : Ini unik sebab di Pixar pun saya menemukan mereka sangat menghargai Candor – yaitu keberanian untuk menyampaikan kepada atasan dan sesama rekan kerja mengenai kekurangan dan kelebihan masing-masing.
  3. Take off Limit : Ketika kamu memiliki Talenta dan Kultur kerja yang baik, kamu bisa mempercayai karyawanmu mengambil keputusan sendiri tanpa melulu harus mendapatkan approval atasan.

Setiap poin di dalam buku akan dijelaskan secara lebih detail lagi, tetapi ketiga hal di atas merupakan pokok dari buku ini secara keseluruhan.

No Rules Rules adalah sebuah buku bacaan yang sangat bagus dan layak direkomendasikan kepada manager bisnis manapun. Kalau kamu ada di dalam posisi memimpin seseorang di dalam perusahaanmu, ini menjadi buku yang wajib kamu baca.

Tidak semua pelajaran yang kamu baca di dalam buku ini bisa kamu petik – dan seperti kata Reed sendiri, Netflix pun harus beradaptasi dengan kultur tiap negara seiring dengan makin meluasnya jangkauan Netflix, tetapi ada juga beberapa poin manajemen Netflix yang bisa diaplikasikan ke setiap negara.

Netflix, tidak terbantahkan lagi, adalah salah satu perusahaan yang paling sukses di dua dekade terakhir. Saham dari perusahaan ini tidak lebih dari 10 USD sekitar 11 tahun yang lalu (di akhir tahun 2009). Di hari saya menulis review ini (awal tahun 2021), harga sahamnya mencapai 580 USD, yang artinya harga saham Netflix naik 58x lipat dari nilai awalnya. They gotta be doing something right, and there’s something we can read and learn from how they do it.

Score: 8.0

reviewapasaja View All

A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.

Leave a Reply

%d bloggers like this: