Skip to content

DOTA: Dragon’s Blood

Percaya tidak percaya, walaupun DOTA merupakan salah satu Video Game paling populer sepanjang masa, saya… (gasp) tidak pernah memainkannya! Ya. Baik DOTA pertama maupun kedua dan segala jenis iterasinya. Saya tidak pernah sekalipun memainkan DOTA. Kebetulan lingkaran sahabat-sahabatku tak satupun pernah memainkan DOTA sehingga saya jadi tidak keracunan untuk memainkan game tersebut. Tapi saya tahu benar bagaimana populernya game ini pada era pertengahan 2000an dulu dan masih berlanjut hingga hari ini sekalipun.

Oleh karena itu saya rasa tidak mengejutkan bahwa Netflix memberikan lampu hijau menggarap sebuah serial animasi DOTA. Franchise dari Valve / Blizzard ini bukan pertama kali mendapatkan adaptasi ke dalam bentuk media film. Ingat bukan dengan film Warcraft yang dirilis di tahun 2016 lalu dalam bentuk Live Action? Toh, karena film tersebut kurang sukses sekuelnya tak pernah digarap lebih lanjut. DOTA: Dragon’s Blood adalah adaptasi dari video game yang memiliki mitologi yang lain walaupun awalnya datang dari akar yang sama: Warcraft… but don’t tell that to the hardcore fans , karena mereka akan mengatakan keduanya tak sama!

DOTA: Dragon’s Blood adalah karya dari Studio Mir, studio yang sebelumnya dikenal dengan karya mereka: The Legend of Korra dan Voltron: Legendary Defender. Studio asal Korea Selatan ini dikenal mampu menggarap animasi yang apik, jadi secara teknis tentunya ini tak menjadi masalah. Yang menjadi pertanyaan lebih penting adalah: apakah penulis skenario dari serial ini, Ashley Edward Miller dan tim empat orang lainnya, mampu menggali mitologi DOTA 2 yang kompleks dengan bejibun hero di dalamnya, dan memberi mereka cerita yang kompeten di dalam animasi berdurasi delapan episode ini?

Serial ini memiliki dua protagonis utama: Davion yang berprofesi sebagai seorang Dragon Knight dan Mirana, seorang Putri dari Nightsilver Woods. Keduanya memiliki misi yang berbeda yang akan menjadi jelas kepada penonton setelah akhir episode pertama, tetapi kebetulan membawa mereka ke destinasi yang sama, sehingga keduanya pun memutuskan untuk bekerja sama. Mengingat durasinya hanya delapan episode saja, jangan berharap bahwa serial ini akan mencapai konklusi yang jelas di akhir episode kedelapan. In fact, saya merasa bahwa akhir Book 1 ini seakan merupakan penyelesaian dari bagian Prolog kisah ini.

DOTA: Dragon’s Blood jelas merupakan sebuah serial anime yang ambisius dan itu kentara dari begitu banyaknya mitologi dan hal-hal yang dimasukkan tim penulis di dalam film ini. Saya yakin bahwa para pecinta film DOTA akan mengapresiasi begitu banyaknya Easter Egg dan referensi nama yang disisipkan di dalamnya. Saya, selaku orang yang tak pernah mengetahui mitologi DOTA, kadang dibuat kewalahan mengikuti jalan ceritanya, terutama pada side story karakter-karakter tertentu. Kadang juga para penulis menganggap semua penonton sudah familiar dengan mitologi DOTA sehingga main tancap gas di beberapa segmen – membuat saya makin kebingungan akannya.

Toh, terlepas dari masalah pacing dan eksposisi di beberapa episode, saya tetapi bisa mengikuti jalan cerita dari serial ini. Ini dikarenakan fokus yang jelas kepada dua protagonis utamanya. Terlepas dari semua kejadian yang terjadi di dunia ini, serial ini selalu menjangkarkan fokus kepada Davion dan Mirana, membantu penonton non-gamer DOTA untuk tetap memiliki sosok yang menjadi acuan mereka. And why not, both of the protagonist got some great cool back stories! Saya juga perlu menginformasikan bahwa serial ini memiliki deretan pengisi suara yang keren mulai dari Yuri Lowenthal, Troy Baker, Lara Pulver, sampai Tony Todd. Ini deretan Voice Acting superstar – sesuatu yang layak untuk serial seambisius ini.

Book 1 memang memiliki kekurangan di sana-sini, terutama karena serial ini harus melakukan sebuah balancing act antara memperkenalkan karakter dan melakukan world building, tetapi mereka melakukannya dengan cukup baik. Sekarang setelah itu selesai, saya berharap bahwa Book 2, yang pasti akan digarap, bisa berfokus lebih detail kepada jalan cerita yang ada, karena cliffhanger dari Book 1 sangat menjanjikan. Semoga saja serial ini tak menyia-nyiakan cliffhanger tersebut. Satu tambahan terakhir; kudos to Netflix yang membuat Trailer animasi ini dengan lagu DOTA dari Basshunter. Thank you for appreciating us the Millennials.

Score: 7.0

reviewapasaja View All

A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.

Leave a Reply

%d bloggers like this: