Skip to content

Shadow and Bone

Shadow and Bone adalah sebuah serial terbaru Netflix yang menyasar pangsa pasar Young Adult.

Serial ini diangkat dari buku berjudul sama yang pertama kali diterbitkan di tahun 2012 dan merupakan hasil karya dari Leigh Bardugo. Nah, Shadow and Bone versi buku sebenarnya hanyalah pembuka dari trilogi Shadow and Bone yang lantas disambung dengan dwilogi Six of Crows, membentuk apa yang disebut pembacanya sebagai Grishaverse.

Yang unik dari serial Netflix ini adalah bagaimana ia bukan sekedar saduran mentah-mentah begitu saja dari novelnya tetapi merupakan campuran dari trilogi Shadow and Bone serta dwilogi Six of Crows, mempertemukan karakter dari kedua seri berbeda (walaupun berdasar di dunia yang sama) ini.

Sentral dari cerita Shadow and Bone adalah dua teman masa kecil: Alina dan Mal yang hidup di sebuah negara / kerajaan bernama Ravka (analogi dari Russia di awal abad 20). Ravka adalah sebuah negara yang terpecah menjadi dua bagian, barat dan timur, disebabkan oleh sebuah gumpalan kegelapan yang membelah keduanya bernama The Fold. Ini membuat Ravka menjadi sebuah negara yang menghadapi konflik dari internal maupun eksternal.

Di satu sisi bagian barat dan bagian timur dari Ravka kian lama kian kehilangan rasa persatuannya, membuat bagian barat ingin memerdekakan diri sendiri. Negara-negara lain seperti Shu Han dan Kerch tahu mengenai kelemahan dari Ravka dan terus berusaha merongrong kedaulatan Ravka. Tak heran bahwa Ravka ingin menghilangkan Fold yang ada di tengah negara mereka ini… dan satu-satunya cara adalah dengan mengharapkan kehadiran seorang Grisha yang bisa menguasai energi cahaya: sang Sun Summoner.

Apa sih Grisha itu? Grisha adalah sekelompok orang di Ravka yang memiliki kemampuan khusus. Ada berbagai kelompok Grisha yang muncul di serial ini: Squallers bisa menguasai elemen Angin, Inferni bisa menguasai elemen Api, Shadow Summoner yang bisa menguasai kegelapan, dan banyak lagi. Kemampuan para Grisha ini membuat mereka ditakuti sekaligus dihormati di kalangan Ravka, makin membawa negara yang sudah terpecah belah ini pada tensi yang lebih tinggi lagi.

Di awal serial ini sebuah insiden membangkitkan kemampuan Alina sebagai seorang Sun Summoner, sang penguasa cahaya yang didamba-dambakan. Ini membuat Alina dan Mal terpisah karena Alina dibawa ke tengah Istana para Grisha untuk mengasah kemampuannya. Di sisi lain, Mal yang mencintai Alina melakukan segala yang ia bisa untuk berangkat ke Istana tersebut mencari sang teman. Memperkompleks keadaan adalah negara lain mengetahui bahwa seorang Sun Summoner telah ditemukan dan mereka berniat menculik Alina.

Dari negara Kerch ada sekelompok kriminal yang diutus untuk menculik Alina demi hadiah uang yang besar. Semua pihak menginginkan Alina… tetapi apa yang Alina sendiri inginkan?

Season pertama Shadow and Bone terdiri dari delapan episode dan memiliki pacing yang tidak beraturan. Empat episode awal dari Shadow and Bone terasa sangat lambat dan berfokus pada world-building. Jujur saja saya sempat sangat kebosanan dan ingin menyerah saja mengikuti serial ini, terutama pada segmen Mal dan Alina yang membosankan (more on this later). Sementara episode lima sempat sedikit menaikkan tensi, episode enam dan tujuh kembali menurunkan pacing, dan baru menutupnya secara apik di episode kedelapan. Jujur saja apabila bukan karena Finale yang seru, saya tidak akan mau melanjutkan Shadow and Bone ke season duanya.

Secara keseluruhan Shadow and Bone ini terbagi menjadi empat segmen cerita yang berbeda: segmen cerita pertama adalah Mal mencari jalan menuju Alina, segmen cerita kedua adalah Alina yang belajar sihir, segmen cerita ketiga adalah kelompok trio Kaz, Inej, dan Jesper mencari jalan masuk ke Ravka guna menculik Alina, dan segmen cerita terakhir adalah petualangan duet Nina dan Matthias yang terjadi setelah kapal mereka karam. Di antara keempat segmen cerita ini saya hanya suka dengan segmen cerita dari Kaz, Inej, dan Jesper. Segmen cerita dari Mal dan Alina terasa membosankan dan menyebalkan karena pacing yang sangat lambat… and no, keberadaan Ben Barnes sebagai Darkling yang tampan misterius tidak menolong. Saya juga sangat tidak suka dengan akting dari Jessie Mei Li sebagai Alina yang… totally flat. Untuk segmen cerita Nina dan Matthias malah terasa out of place dan baru terasa kesinambungannya menjelang Finale saja.

Secara keseluruhan, Shadow and Bone adalah sebuah serial yang membosankan dari awal hingga akhir, hanya tertolong oleh segmen petualangan trio karakter Kaz-Inej-Jesper-nya (and even that is not that good). Praktis di luar episode finale-nya, tidak ada yang membuat saya bisa merekomendasikan serial ini kepada kalian yang bukan penggemar genre Young Adult. It’s a great series with a beautiful set dan budget tinggi, tetapi kalau tak berjiwa yah, sama saja membosankan jatuhnya.

Score: 6.0

reviewapasaja View All

A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.

Leave a Reply

%d bloggers like this: