Skip to content

The 8th Night

Saya agak bingung mau mengkategorikan film ini ke dalam genre apa. Apakah masuk ke dalam kategori Horror? Kategori Thriller? Kategori Drama? Atau mungkin campuran dari semuanya. Uniknya, ketika menonton film ini, saya merasa seperti sedang menonton film Arkham Horror: The Card Game, salah satu Board Game yang kusukai. Kok bisa? Coba baca lebih lanjut.

Film ini dibuka dengan narasi panjang di mana konon ribuan tahun yang lalu seekor Iblis ingin menghancurkan dunia dan membuat semua orang hidup dalam kesusahan. Buddha yang welas asih mampu mengalahkan Iblis tersebut – tetapi tidak dapat menghabisinya. Akhirnya sang Iblis hanya disegel saja dan kedua matanya dicabut supaya kekuatannya melemah. Dua mata ini kemudian disimpan di tempat yang berbeda dan dilindungi oleh para Biksu.

Setelah ribuan tahun berlalu masa modern tiba dan ada seorang ilmuwan yang menggali kedua mata ini untuk membuktikan mitos Iblis bukan sekedar mitos belaka. Ketololan sang ilmuwan memberi kesempatan bagi Iblis untuk kembali lagi ke dunia… dan transformasinya akan sempurna apabila ia bisa merasuki tubuh ‘terakhir’. Seorang mantan Biksu bernama Park Jin-soo dimintai tolong oleh seorang Biksu muda Cheong-seok untuk membantu menyegel Iblis tersebut.

Menyegel Iblis tidak mudah, apalagi karena sang Iblis mampu dengan cepat berpindah dari satu tubuh ke tubuh lain, menyisakan mayat-mayat misterius yang membuat Detektif kepolisian Kim Ho-tae juga kebingungan. Jadilah trio Jin-soo, Cheong-seok, dan Ho-tae semua menyelidiki kasus Iblis dari sudut yang berbeda-beda. Bisakah mereka menghentikan sang Iblis untuk bangkit dari tidurnya dan menguasai dunia?

Saya menyebut film ini mirip dengan Arkham Horror dikarenakan job class dari protagonisnya berbeda-beda. Ada satu yang berperan sebagai Biksu sementara yang lain berperan sebagai Detektif. Masing-masing tokoh juga membawa senjata mereka masing-masing seperti Pistol, Kapak, bahkan Kalung Tasbih. Seakan menyempurnakan kisah ini seperti Arkham Horror: ketiga karakter utama di film ini memiliki backstory mereka masing-masing yang cukup tragis.

Terlepas dari kisahnya yang mirip dengan Arkham Horror – hanya bersetting di masa modern dan di Korea Selatan, sebenarnya film ini adalah tontonan yang cukup enjoyable. Walaupun film ini tidak akan memenangkan penghargaan apapun dalam kategori akting ataupun teknis, saya terkesan dengan akting sepenuh hati yang dibawakan oleh dua aktor senior di film ini: Lee Sung-min dan Park Hae-joon. Sayangnya penampilan bagus mereka tak bisa dibarengi oleh dua artis junior: Kim Yoo-jung yang underused dan Nam Da-reum yang penampilannya tidak konsisten.

Kalau kalian penakut menonton film horror, tidak perlu takut menonton film ini. Saya menganggap diri saya pengecut, tetapi mayoritas momen di film ini tak terasa menakutkan bagiku. It’s creepy at times, tetapi ia tidak pernah mengandalkan jump scare yang sering ditemui di film-film horror sejenis. Sekali lagi, ini bukan keseraman yang kamu dapatkan melihat setan-setan biasa, tetapi keseraman karena ketidakberdayaan kamu menghadapi kejahatan yang primordial.

Pada akhirnya, kalau kalian suka dengan tontonan Horror / Drama yang ringan tetapi solid, film ini dapat saya rekomendasikan kepada kalian. Have a good time finding the demon!

Score: 8.0

reviewapasaja View All

A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.

Leave a Reply

%d bloggers like this: