It Takes Two
Developer Hazelight Studio pertama merilis game mereka di tahun 2018 yang berjudul A Way Out. Game ini mirip dengan Prison Break di mana kamu dan seorang temanmu secara co-op bermain bersama sebagai Leo dan Vincent: dua narapidana yang ingin melarikan diri dari penjara. Konsep bermain secara co-op ini rupanya menjadi sesuatu yang ingin diulangi oleh sang penggarap game: Josef Fares.
Di bawah pimpinan dari Josef Fares, Hazelight Studio belajar dari kekurangan-kekurangan mereka dalam A Way Out dan menciptakan sebuah game yang lagi-lagi mengandalkan fitur co-opnya. Game tersebut dirilis di tahun 2021 dan bernama It Takes Two. Saat dirilis, game ini langsung mendapatkan pujian dari berbagai khayalak media karena inovasi dalam gameplay serta setpiecenya yang imajinatif. Sungguh baguskah game ini atau cuma terbawa hype semata?
Cerita It Takes Two berpusat pada keluarga kecil Cody – May – Rose. Cody dan May adalah suami istri yang sudah kehilangan cinta, dan bahkan bersiap melakukan perceraian. Baik Cody maupun May terlalu berfokus dalam urusan mereka sendiri sampai-sampai mereka melupakan bahwa anak mereka: Rose, merasa tersakiti dengan fakta bahwa orang tuanya akan berpisah. Ketakutan ini membuat Rose tanpa sengaja ‘mengutuk’ kedua orang tuanya berubah menjadi Boneka tangan yang ia ciptakan.
Cody dan May sangat terkejut melihat jiwa mereka dipindahkan dalam Boneka. Belum hilang keterkejutan mereka, buku misterius tentang hubungan cinta: Dr. Hakeem muncul dan memberitahukan kepada mereka bahwa untuk bisa kembali ke wujud asli mereka, Cody dan May harus bekerja sama dan menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Maka terpaksa kedua suami – istri yang tadinya selalu bertengkar ini menyingkirkan perbedaan mereka (apabila bisa) dan bekerja sama.
It Takes Two langsung tampil lovable begitu pertama kali dimainkan. Saat pemain ditransportasi di dunia mikroskopik yang dilihat dari sudut mata para Boneka, perspektif dunia mendadak saja berubah total. Makhluk yang tadinya tak dipusingkan serta Tikus mendadak jadi musuh yang mengancam, sementara benda-benda mati bak Gunting dan alat Tool Box mendadak hidup menjadi kawan maupun lawan. Memainkan game ini sedikit banyak mengingatkanku dengan gaya animasi dari studio Pixar bercampur Dreamworks… ia tidak takut mengekang fantasi dan imajinasi developernya. After all, kalau jiwa manusia bisa ditransportasikan ke dalam Boneka, kenapa harus pusing dengan realisme bukan?
It Takes Two juga memiliki gameplay yang terus berubah dari tiap-tiap lokasinya. Di satu lokasi misalnya mengharuskan Cody dan May berselancar macam naik mobil ala Mario Kart sementara di lokasi lain Cody dan May harus bertarung di Dungeon bak seorang Warrior / Knight dan Magician. Dengan kata lain, gamer tidak akan bosan dengan belasan jam yang akan dicurahkan saat bermain game ini, sebab gameplaynya terus berubah secara dinamis dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Kalaupun ada gameplay di segmen tertentu yang kalian tidak suka, tidak perlu khawatir sebab tak selalu gameplaynya akan begitu. Jangan lupa juga untuk mencari seabreg Mini-Game yang diselipkan di antara petualangan utama Cody dan May. Tak semuanya bagus tetapi mostly solid sebagai selingan dan distraksi sesaat.
It Takes Two juga bertabur Puzzle yang hanya bisa diselesaikan kalau kalian bekerja sama dengan baik antara Cody dan May. Saya sih tidak heran kenapa game ini direkomendasikan untuk dimainkan dengan pasangan anda. Dalam gameplay kalian harus bekerja sama dengan baik dan saling mendukung, sebab bila tidak dijamin kalian akan stuck di sebuah bagian tertentu. Sukses bersama atau gagal total bersama: pilihannya di tangan anda. Untungnya saja, It Takes Two memiliki kontrol yang luar biasa ketat. Kamu takkan pernah merasa dicurangi oleh game saat tanpa sengaja mati. If you die: it’s your own fault. Bukan kesalahan kontrol gamenya. Pun begitu, game ini termasuk sangat – sangat forgiving di mana pemain memiliki jumlah nyawa yang tak terbatas.
Kalau ada satu-satunya titik yang agak lemah dari It Takes Two: itu datang di bagian ceritanya. Menurut saya kualitas cerita dari It Takes Two agak naik turun. Ada beberapa segmen yang benar-benar heartbreaking dan merupakan alegori yang pas mengenai betapa seorang ayah – ibu sekalipun bisa benar-benar salah memahami perasaan anaknya. Tetapi di lain sisi ada beberapa momen lagi yang bagi saya terasa kurang menonjok. Nevertheless, It Takes Two adalah sebuah game yang tetap apik dimainkan bagi pasangan bagi mereka untuk merefleksikan diri di mana mereka dalam hubungan mereka sekarang.
It Takes Two adalah sebuah game yang sangat saya rekomendasikan untuk kalian mainkan HANYA kalau kamu punya teman atau pasangan spesial untuk memainkannya. Apabila tidak, well… tough luck… sebab game ini tak punya fitur Single Player di dalamnya. Kalian bisa sih memainkan game ini secara Online dengan kawan lain (yang tidak punya kopi It Takes Two sekalipun) tetapi apa serunya bermain game co-op berdua dengan orang yang tak bisa kalian lihat di samping kalian? Sekali lagi bisa, tapi impactnya jelas akan jauh lebih berkurang. So? Bagi para jomblo, buruan jadian lantas ajak pasangan atau gebetanmu memainkan game ini. You won’t regret it!
Score: 9.0
Categories
reviewapasaja View All
A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.