Resident Evil: Infinite Darkness
Ketika Capcom mengumumkan akan merilis serial Resident Evil dalam bentuk CG di Netflix saya bersorak senang. Capcom sebelumnya sudah membuat tiga film Resident Evil dengan balutan CG: Degeneration di tahun 2008, Damnation di tahun 2012, dan Vendetta di tahun 2017. Di antara ketiganya saya hanya suka dengan Damnation di tahun 2012, sementara Degeneration dan Vendetta di mata saya terasa sebagai film yang terlalu terburu-buru dengan plot yang tak penting (tak relevan dengan game). Ini membuat saya berharap banyak pada serial Infinite Darkness. Harapan saya adalah dengan serial animasi ini ada ruangan bernafas lebih banyak bagi ceritanya.
Harapan itu langsung pudar ketika tahu bahwa Infinite Darkness hanya sebuah mini-seri sepanjang 4 episode dengan durasi kurang lebih 23 – 25 menit saja. Lah, ini mah namanya sama saja kalau ditotal durasinya hanya sekitar 90 – 100 menit. Apa bedanya dengan film-film Resident Evil yang sebelumnya? Tapi saya masih berharap bahwa Infinite Darkness bisa membuktikan asumsi saya salah. Berhasilkah?
Resident Evil: Infinite Darkness bersetting di tahun 2006 yang di dalam kronologi universe menempatkan even di film ini antara game keempat dan game kelima (sesudah Leon menyelamatkan Ashley tetapi sebelum outbreak Las Plagas di Afrika terjadi). Di dalam film ini Leon dan Claire menyelidiki sebuah kejadian misterius yang menyebabkan Gedung Putih diserang oleh sekumpulan Zombie. Sementara Leon ditugaskan oleh pemerintah Amerika untuk menyelidiki siapa yang bertanggung jawab melakukan hal ini (pemerintah Amerika menuding Cina ada di belakang kejadian ini), Claire menyelidiki misteri ini dari luar sebagai anggota dari TerraSave- grup kemanusiaan yang berusaha menghentikan Zombie Outbreak yang terjadi di seantero dunia.
Empat episode, seperti dugaan saya, menjadi durasi yang terlalu pendek untuk membuat kisah yang bagus di dalam game ini. Serial ini baru setup cerita dalam dua episode pertama lantas tahu-tahu langsung saja memberikan plot twist di episode ketiga dan klimaks di episode terakhirnya. Huh? Sampai serial ini berakhir pun saya tak merasa cukup memahami kenapa sang villain di dalam serial ini melakukan apa yang ia lakukan. In fact, motivasi dari semua karakter di dalam game ini – termasuk Leon dan Claire – terasa mentah dan sekedar mengikuti plot cerita yang ada saja. Ini membuat serial ini menjadi sangat forgettable.
Kalau kalian mengharapkan action yang seru dari serial ini, well… no luck. Terlepas dari serangan Zombie di episode pertama, para undead tidak banyak memainkan peran di serial ini. Kalian yang berharap akan pertarungan yang seru melawan monster raksasa bak Tyrant atau Nemesis juga takkan mendapati keinginan kalian terpuaskan di sini. At the end of the day, serial ini terasa tanggung sekali. Mau menjelaskan soal konspirasi politik terasa dangkal (dan klise karena terlalu blak-blakan) tetapi mau jadi serial Escapist Zombie juga terlalu minim aksi. It’s just boring!
Bahkan untuk Leon dan Claire sekalipun, saya merasa bahwa pertemuan keduanya di sini terasa terlalu biasa. Hampir di 80% serial ini keduanya melakukan penyelidikan mereka sendiri sehingga tidak ada rasa persahabatan yang kuat antara keduanya. Ini sebuah kesempatan yang benar-benar tersia-siakan oleh Capcom. Dan kesalahan besar lain dari serial ini? Menempatkan kisahnya di antara Resident Evil 4 dan Resident Evil 5. Bahkan ketika big bad ditampilkan di ending film ini pun saya sudah tak peduli. Ya, kenapa saya harus peduli kalau tahu mereka sudah dihabisi pasca Resident Evil 5 nantinya?
Pada akhirnya, terlepas dari kualitas animasi yang bagus dan mulus, Resident Evil: Infinity Darkness lagi-lagi jatuh sebagai tontonan yang forgettable dari universe Resident Evil. Kecuali kalian fans berat sosok Leon atau Claire, lebih baik lewatkan saja serial ini.
Score: 4.0
Categories
reviewapasaja View All
A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.