Skip to content

Shang-chi: The Legend of the Ten Rings

Film Shang-chi adalah film MCU kedua yang tidak saya tonton di layar lebar setelah Black Widow. Bedanya, apabila saya tetap menonton Black Widow langsung di awal pemutarannya (melalui format streaming), saya cukup santai menantikan Shang-chi sampai muncul di format streaming hampir dua bulan setelah filmnya dirilis di layar lebar. Kenapa? Salah satu alasannya adalah karena saya kurang suka dengan tindak-tanduk si aktor utama: Simu Liu. Walau mungkin tingkah laku Simu di media sosial mendapatkan fans tersendiri, saya tidak terlalu suka dengan sosoknya yang kerap over-sensitif terhadap isu ras dan selalu protes begini-begitu di medsos. And this is coming from someone with the same race as him.

Anyway, saya sudah cukup banyak makan asam garam dunia perfilman untuk tahu bahwa tingkah laku sang aktor dan karakter yang ia perankan adalah dua hal yang berbeda… jadi saya masuk menonton Shang-chi dengan melupakan segala tingkah laku Simu Liu di dunia nyata. Will I like the movie?

Dalam film ini Shang-chi adalah salah satu superhero terbaru yang diperkenalkan MCU di Phase 4, tetapi akar dari Shang-chi sebenarnya sudah ditanamkan jauh sebelumnya. Nama Mandarin serta Ten Rings sudah berulang kali diucapkan, bahkan sejak film Iron Man pertama dirilis. Akan tetapi setelah ada fakeout dari sosok Mandarin di Iron Man 3 (yang kontroversial), MCU praktis melakukan retcon akan cerita tersebut dengan film ini.

Dalam film ini Mandarin adalah ayah dari Shang-chi dan ia diperankan dengan amat baik oleh Tony Leung. Sayang akting dari Tony Leung disia-siakan oleh skrip dalam film ini. Tujuan Mandarin yang mencari jalan membebaskan istrinya (yang sebenarnya sudah mati) terasa sangat bodoh dan sekuat apapun Tony Leung menjual akting Mandarin yang bucin – dia tidak bisa menjual skrip sebodoh ini.

Untung saja saya cukup enjoy dengan banter dari Simu Liu dengan Awkwafina. Keduanya memiliki chemistry yang menyenangkan sebagai sahabat yang tidak memiliki tujuan jelas (baca: luntang-lantung) dalam hidup mereka. Awkwafina sebagai Katy sukses menjadi sidekick bagi Shang-chi – eh maksud saya Shaun. Mengingat Shang-chi adalah film pertama MCU yang mengangkat superhero utama dengan ras Asian-American, saya senang bahwa ada beberapa kultur imigran Chinese yang diangkat di film ini dengan cukup tepat. Di sisi lain, karena Doctor Strange serta Iron Fist sebenarnya juga mengangkat tema budaya Timur dalam kisah mereka, sulit mengatakan bahwa Shang-chi benar-benar fresh. Well, at least the fight scene is much better ketimbang Iron Fist. Secara pribadi bagaimanapun saya masih merasa adegan aksi tangan kosong di John Wick dan The Raid masih lebih seru ketimbang di film ini.

Di antara deretan casting yang kukenal di film ini saya merasa bahwa Michelle Yeoh sedikit kurang mendapatkan porsi yang sepadan untuk nama besarnya. Di sisi lain, ada satu aktor lawas yang tak kusangka bakalan muncul di film ini, mengingatkan kepada penonton bahwa MCU memang tidak pernah lupa akan benang merah kisah-kisah sebelumnya. Omong-omong, tahukah kalian ini bukan pertama kalinya Michelle Yeoh muncul di MCU? Sebab sebelumnya ia tampil cameo di dalam Guardians of the Galaxy Vol. 2!

Secara keseluruhan, Shang-chi and the Legend of Ten Rings adalah sebuah origin story yang kompeten dari MCU. Tidak ada yang spesial di dalam film ini tetapi tidak ada juga yang membosankan. Simu Liu – terlepas dari semua antiknya di dunia nyata – is actually likable in the movie. Phase 4 kentara sekali merupakan building phase bagi film-film superhero MCU selanjutnya, dan akan menarik melihat ke mana mereka akan bergerak selanjutnya.

Score: 7.0

reviewapasaja View All

A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.

Leave a Reply

%d bloggers like this: