Snake Eyes
Film ini mengingatkan saya tentang X-Men Origins: Wolverine. Bagaimana tidak? Baik Snake Eyes maupun Wolverine adalah karakter yang sama-sama merupakan bagian dari sebuah kelompok… Snake Eyes dari tim G.I. Joe dan Wolverine dari tim X-Men.
Masing-masing juga merupakan karakter breakout hit dari serinya. Snake Eyes adalah satu-satunya karakter tim G.I. Joe dari film pertama yang kembali di film keduanya (Retaliation) dan untuk Wolverine… tak perlu tanya lah, jelas bukan Hugh Jackman karirnya berawal dari mana? Mau persamaan lebih lanjut lagi? Baik Snake Eyes maupun Wolverine adalah karakter yang memiliki trait ‘Samurai’ / ‘Ninja’ dan diasosiasikan dengan Jepang. Beberapa dari cerita Wolverine yang paling terkenal menempatkannya di negeri Sakura itu.
Maka dari itu apakah mengherankan kalau Snake Eyes, bukannya Duke, Scarlett, atau karakter lain yang dipakai menjadi sentral cerita spin-off dari G.I. Joe? Di atas kertas sih castingnya sepertinya cukup baik, dengan memakai mayoritas artis Asia di dalam film ini. Mulai dari Henry Golding dan Iko Uwais dari Asia Tenggara sampai Andrew Koji, Haruka Abe, dan Takehiro Hira sebagai aktor dari Jepang.
Snake Eyes sendiri mengisahkan cerita seorang bocah jalanan yang tumbuh dengan dendam setelah melihat ayahnya mati dibunuh di depan matanya. Bocah jalanan tak bernama ini (dipanggil sebagai Snake) bahkan mulai bergaul dengan kelompok Yakuza di bawah pimpinan Kenta. Yang tak disadari oleh Snake adalah Kenta adalah salah satu pewaris dari tahta Arashikage, sebuah klan Ninja misterius di Jepang… akan tetapi Kenta yang haus kekuasaan sudah diasingkan oleh sepupunya sendiri: Tomisaburo ‘Tommy’.
Naas bagi Tommy, rencananya untuk menghancurkan Kenta ketahuan dan dia nyaris ditangkap dan dihabisi. Beruntung Snake Eyes datang menolong Tommy. Tommy yang merasa berhutang budi dengan Snake Eyes mengundang sang petarung jalanan itu untuk ikut ke dalam klan Arashikage-nya. Sekarang, Snake Eyes yang tak memiliki rumah pun memiliki keluarga dan rumah yang baru…
I wish the movie is good. I really do. Saya suka memainkan G.I. Joe mainan saya dari kecil dan selama bertahun-tahun saya selalu mengharapkan ada film G.I. Joe yang kompeten di layar lebar. The closest I got to that is The Rise of Cobra garapan Stephen Sommers – yang saya tak peduli semua orang bilang jelek… because it’s epic. Sungguh sayang Retaliation merusak semuanya, dan film ini tambah mengubur segalanya.
Masalah paling pertama di dalam film ini adalah karakter Snake Eyes itu sendiri. Aktor Henry Golding bukan aktor yang pas memerankan Snake Eyes. Sosoknya kurang jago bertarung dan itu tidak ditolong dengan akting dramatisnya yang juga pas-pasan. Kerap di dalam film ini ia terasa seperti sidekick di tengah ceritanya sendiri. Plot cerita pun tak menolong sebab tak menunjukkan Snake Eyes sebagai sosok yang simpatik melainkan malah tukang mengacau. Yang paling mengecewakan jelas walaupun film ini ditunjukkan sebagai Origin dari Snake Eyes, kita tak pernah melihat bagaimana Snake Eyes melakukan lompatan mulai dari seorang pria petarung jalanan biasa menjadi seorang petarung Ninja Badass dalam seri G.I. Joe . What a missed opportunity! Bayangkan dan bandingkan film ini dengan Batman Begins dan kalian akan melihat bagaimana kualitas kedua film ini bak bumi dan langit.
Saya mengapresiasi bagaimana film ini mengcasting Iko Uwais dan Peter Mensah sebagai para jagoan guru di film ini. Uwais sebagai Hard Master dan Mensah sebagai Blind Master mungkin adalah peranan terbaik di film ini tetapi bahkan mereka pun tak diberi banyak kesempatan berperan. Lebih tragis lagi adalah ketika mereka bertarung pun sang sutradara kurang kompeten mengambil gambar dan melakukan berbagai editing kacau balau yang membuat adegan aksinya sulit diikuti. What a waste untuk aktor-aktor Martial Arts berbakat yang memerankan Rama di dwilogi The Raid dan Doctore dalam Spartacus!
Salah satu aspek lain yang juga gagal diangkat di sini adalah hubungan saudara antara Tommy – yang suatu hari nanti menjadi Storm Shadow dan Snake Eyes. Sudah akting Henry Golding standar, akting dari Andrew Koji berlebihan… habis sudah. Alih-alih melihat hubungan keduanya bak saudara yang terpaksa terpecah pada akhir, saya hanya merasa kalau karakter Tommy memang bodoh sementara karakter Snake Eyes terlalu plin-plan. It’s not a good thing kalau menonton film Origin dari dua karakter paling terkenalmu dan hasilnya malah menjatuhkan wibawa keduanya.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan di sini adalah bagaimana kemunculan Scarlet dan Baroness (not really a spoiler, sebab sudah ditunjukkan di Trailer). Saya merasa kemunculan mereka di film ini terlalu dipaksakan dan tidak organik. Seakan ingin mengingatkan penonton bahwa ini adalah film yang bersifat sebagai pembuka menuju reboot Universe G.I. Joe ya! Alih-alih menjadi penasaran ingin tahu lebih lanjut, saya malahan merasa enggan menonton entri berikutnya dari reboot ini.
An utter failure and a complete embarrassment to the franchise. Skip it!
Score: 4.0
Categories
reviewapasaja View All
A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.