Skip to content

Star Wars: Tales from the Galaxy’s Edge

Di dunia perfilman nama Star Wars sedang mengalami krisis identitas. Trilogi terakhir yang digarap oleh kolaborasi J.J. Abrams dan Rian Johnson dibenci oleh para fans (sungguhan) dari Star Wars karena dianggap mengkhianati legacy dari Star Wars itu sendiri. Akan tetapi jangan lantas beranggapan bahwa kelemahan Star Wars di dunia perfilman menandakan popularitas Star Wars di Pop Culture juga melemah. Jauh dari itu. Brand Star Wars justru semakin kuat sekarang!

Tidak percaya? Coba simak tayangan di Disney+ dan lihat saja berapa serial Star Wars yang beredar (atau akan beredar) di sana. Terlepas dari The Mandalorian dan The Book of Boba Fett, masih ada berbagai serial animasi Star Wars. Di luar dunia layar kaca / streaming, franchise Star Wars juga besar di dunia Board Game dan Video Game. Dan kalau kalian pecinta Star Wars, tentu saja tahu bahwa Disney sudah menggarap sebuah Land khusus Star Wars di tempat atraksi mereka.

Nah, Land khusus Star Wars di tempat atraksi Disney itu diberi tajuk Galaxy’s Edge dan di sebuah planet yang bernama Batuu. Batuu, dalam kanon kisah Star Wars, adalah sebuah planet yang berada di ujung Outer Rim, sektor luar dan antah berantah dari Star Wars (dan biasa menjadi setting cerita-cerita yang sifatnya Canon tetapi tidak ingin mempengaruhi jalan cerita media utama macam Film atau TV).

Di tengah kegilaan dunia VR, ILMxLAB berkolaborasi dengan Oculus Quest-nya Facebook menciptakan sebuah Experience Star Wars. Karya pertama kolaborasi ini adalah Vader Immortal, sebuah kisah tentang seorang Smuggler dan Darth Vader yang dikisahkan dalam tiga episode cerita. Experience tersebut dipuji oleh karena ceritanya yang cukup mendalam dan bagus (dan dengan durasi sekitar 3 jam, seakan-akan merupakan sebuah mini-seri pendek yang interaktif), tetapi reviewer merasa kecewa bahwa gameplay di dalam Experience ini tak terasa terlalu kuat. ILMxLAB beralasan bahwa itulah sebabnya mereka tidak mau menyebut Vader Immortal sebagai sebuah game melainkan sebuah Experience. Fair enough.

Tapi bagaimana dengan Tales from the Galaxy’s Edge?

Game ini hanya memiliki satu jalan cerita utama saja saat review ini saya tulis (walaupun ILMxLAB berjanji akan ada update skenario-skenario baru di masa mendatang). Di dalam game ini sekali lagi kamu akan berperan sebagai seorang Smuggler yang tak bernama (jangan tanya kenapa ILMxLAB getol sekali memposisikan kita sebagai seorang Smuggler) yang membawa sebuah kargo penting. Dalam perjalanan kita diserang oleh perompak yang membuat kapal jatuh ke planet Batuu. Di sana sang Smuggler harus bisa bertahan hidup dari serangan para perompak – sekaligus menyelamatkan muatan kargo pentingnya.

Gameplay di dalam Tales from the Galaxy’s Edge terbilang sederhana. Ini seperti sebuah game FPS yang kamu mainkan dalam dunia VR. Kamu memiliki beberapa jenis senjata yang bisa kamu pakai di sini mulai dari Handgun, Shotgun, sampai Machine Gun… atau apapun itu ekuivalen mereka dalam kosa kata Star Wars. Tiap senjata memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda tetapi secara overall, asalkan kalian tidak payah, kalian akan bisa membantai semua musuh yang kalian hadapi dengannya.

Jumlah varian musuh yang akan kalian hadapi di dalam game ini pun cukup beragam mulai dari berbagai jenis Alien wujud dari perompak maupun binatang-binatang buas yang tinggal di Batuu. Dan tentu saja karena ini sebuah game Star Wars kalian akan berjumpa dengan beberapa karakter penting dari saga Star Wars… but I won’t spoil who.

Misi utama dalam game ini terbilang cukup singkat dan bisa diselesaikan dalam kurun waktu 3 jam. It’s a short but interesting game yang bisa dirasa sebagai sebuah demo untuk sebuah game yang lebih besar dan megah lagi. Potensinya sih ada. Saya bisa melihat planet Batuu dijadikan sebuah tempat yang lebih open world dengan grafik locale yang lebih beragam lagi serta jenis-jenis gameplay yang lebih diperdalam. Untuk yang saya mainkan kali ini pun ada beberapa Sub-Quest yang bisa dijalani, tetapi mereka pun terbilang cukup cepat untuk diselesaikan. Oh ya, ada satu Sub-Quest yang bisa dibilang penting karena membuka segmen baru dalam game ini: baik dalam hal cerita maupun gameplay. Jadi bagi kalian para kompletionist mungkin membutuhkan sekitar 4 jam untuk mencari setiap nook and cranny yang ada.

Saya terkesan dengan kualitas audio visual di dalam game ini. Tales from the Galaxy’s Edge tentunya tidak memiliki kualitas grafis yang bisa bersaing dengan konsol-konsol generasi ini. In fact saya merasa kualitas grafisnya paling-paling sebanding dengan kualitas grafis game di era PS3. Still, it’s hard not to be impressed bertemu dengan berbagai Alien di dunia Star Wars dalam jarak dekat. Sound-nya pun megah dengan background musik khas Star Wars bercampur dengan sound effect yang sudah legendaris di telinga. Saya harus bilang bahwa saya merasa sangat termanjakan di sisi audio visual selama memainkan game ini.

Bagi kalian yang ingin sebuah pengalaman VR premium tetapi tidak terlalu panjang dan overwhelming, saya merasa bahwa Tales from the Galaxy’s Edge adalah jawabannya. Game ini jelas tak sedalam game-game VR kelas berat lain ala Half-Life: Alyx maupun The Walking Dead: Saints and Sinners, tetapi untuk kalian yang masih pemula dalam VR dan ingin merasakan sensasi memainkan game VR premium tanpa merasa terlalu overwhelmed… you can’t go wrong with this game.

Score: 8.0

reviewapasaja View All

A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.

Leave a Reply

%d bloggers like this: