Till Death
Nama Megan Fox belakangan naik daun lagi setelah perceraiannya dengan Brian Austin Green. Dalam beberapa tahun terakhir Megan Fox selalu mengatakan bahwa hubungannya dengan Brian Austin Green sudah tidak baik. Ia tidak pernah merasa bahwa ia mencintai sang aktor lagi dan merasa bahwa ia menemukan kebebasannya setelah sekarang berpacaran dengan Machine Gun Kelly.
Anyway, apa hubungannya kisah pribadi dari Megan Fox dengan film ini? Sulit untuk tidak mengambil perbandingan antara keduanya kalau kalian sudah tahu ringkasan film ini.
Dalam film ini Emma sudah tidak lagi mencintai Mark, suaminya. Ia bahkan diam-diam berselingkuh dengan salah satu bawahan dari kantor Mark: Tom. Emma berusaha menghentikan perselingkuhannya sebab ia masih galau apakah ia akan meninggalkan Mark atau tidak. Di sisi lain Mark sepertinya sudah tahu hubungannya dengan Emma tengah memburuk dan melakukan segenap usaha memperbaikinya.
Dalam hari Anniversary mereka, Mark membawa Emma ke sebuah Villa tepi danau (Lake House) yang sangat cantik. Dia bahkan memutar lagu-lagu yang romantis untuk Anniversary night mereka. Bahkan Emma pun sepertinya agak luluh dengan usaha dari Mark itu. Malam pun berlalu dengan percumbuan mereka. Dan keesokan hari pun tiba. Saat Emma bangun, Mark sudah duduk di sampingnya dan memborgol tangannya dengan Emma. Sejenak kemudian ia menembak kepalanya sendiri. Bunuh diri.
Apa yang terjadi? Bisakah Emma memecahkan misteri mengapa Mark bunuh diri? Dan kenapa ia diborgol bersama dengan suaminya?
Setelah membaca ringkasan tersebut saya merasa bahwa sutradara debutan S.K. Dale dan penulis Jason Carvey menunjukkan skrip ini kepada Megan Fox dengan harapan supaya sang artis menyetujuinya karena mirip dengan kehidupan pribadinya. Entah benar, entah tidak, performa Megan Fox di dalam film ini tampak cukup personal dan lebih intens dari biasanya. Let’s be honest here: Megan Fox bukanlah seorang artis yang kita kenal sebagai seorang artis dengan kekuatan berakting, dia lebih banyak menjual wajah dan bodinya yang seksi itu, tetapi di Till Death ini, Megan Fox berusaha melepaskan diri dari stereotipe seperti itu dan tampil lebih otentik. Harus diakui sih, usahanya tidak buruk.
Yang lebih saya sayangkan adalah gaya penyutradaraan dari S.K. Dale. Ia sudah memiliki setting yang pas dan skenario yang mendukung untuk membentuk sebuah film thriller ruang tertutup (kabin yang terputus dari mana-mana di tengah musim dingin), tetapi ia gagal memanfaatkan semua aspek di dalam film ini. Hasilnya memang masih terselip beberapa adegan yang menegangkan dalam film ini, tetapi secara overall, saya merasa bahwa film ini kudunya bisa lebih baik lagi.
Dalam durasi putar yang tak sampai 90 menit dan jumlah pemain yang bisa dihitung dengan 1 tangan, ini bukan sebuah film yang berbudget tinggi. Walhasil hidup matinya film ini sepenuhnya datang dari bagaimana ia memanfaatkan premise-nya. Overall, ini bukan film yang buruk tetapi ia juga bukan film yang bagus. Kalau kalian memang penggemar film thriller bolehlah menonton film ini. Kalau kalian kaum feminis beberapa perumpamaan di dalam film ini (seperti tangan yang terborgol pada suami) adalah simbol wanita tertindas dalam hubungan pernikahannya. Tetapi kalau kalian penonton awam, film ini aman-aman saja untuk dilewatkan. Nothing special.
Score: 5.0
Categories
reviewapasaja View All
A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.