Skip to content

Murder Among the Mormons

Sebelum saya mengetik lebih lanjut mengenai review ini, harap memahami bahwa saya tidak ingin menjelek-jelekkan Agama manapun. Review ini murni mengenai film dokumenter Netflix yang saya tonton. Apabila ada kata-kata di dalam Review ini yang menyinggung pihak tertentu, saya mohon maaf sebelumnya.

Salah satu aliran Gereja yang besar di Amerika sana adalah Gereja Mormon. Gereja ini didirikan oleh Joseph Smith di tahun 1820an. Gerakan ini kemudian dinamai sebagai The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints dan sampai sekarang masih merupakan sebuah aliran Gereja yang besar di dunia (bahkan di Indonesia pun ada Gereja Mormon). Gereja ini memiliki pusat di Salt Lake City, Utah… dan di sini adalah setting di mana kisah dokumenter ini dimulai.

Karena Gereja Mormon terbilang sebagai aliran Gereja yang masih baru (sekitar 200 tahun lamanya), ada banyak dokumen-dokumen mengenai Gereja itu yang masih ditemukan hingga hari ini. Salah satu kepercayaan utama dari Gereja Mormon adalah pertemuan antara Joseph Smith dengan seorang Malaikat, Angel Moroni, yang membimbing dia pada dokumen yang disebut sebagai Book of Mormon. Nah, kepercayaan ini sempat menjadi goncang ketika di tahun 1980an seorang penganut agama Mormon bernama Mark Hofmann menemukan dokumen yang disebut sebagai White Salamander Letter.

Surat White Salamander ini menyatakan bahwa ketika Joseph Smith menemukan Book of Mormon, ia bukannya ditemui oleh Angel Moroni, melainkan seekor binatang Salamander yang berwarna Putih. Ini tentunya membuat goncang kalangan kaum Mormon. Petinggi Gereja Mormon dengan cepat membeli surat sensitif tersebut dan memasukkannya ke dalam koleksi pribadi mereka. Belum selesai kegoncangan akibat perbuatan White Salamander ini, Mark Hoffman (yang pekerjaannya memang berdagang barang-barang antik) menemukan sebuah dokumen yang lebih dahsyat lagi: McLellin Collection, sebuah surat yang isinya konon lebih kontroversial lagi ketimbang White Salamander Letter.

Lagi-lagi Gereja Mormon bergerak cepat hendak membeli dokumen tersebut dari Mark Hoffman. Akan tetapi saat negosiasi bisnis diperpanjang karena harga yang tak cocok dan lain sebagainya, pembunuhan pun terjadi. Agen dari Gereja Mormon yang diutus untuk membeli dokumen tersebut meninggal karena ledakan bom. Tak lama kemudian sebuah bom juga meledak dan membunuh istri dari kenalan sang Agen. Dan keesokan harinya sebuah bom meledak dan melukai parah Mark Hoffman… serta menghancurkan seluruh dokumen McLellin Collection.

Siapa oknum jahat yang melakukan hal ini?

Murder Among the Mormons adalah dokumenter ketiga dari Netflix yang saya tonton setelah American Murder: The Family Next Door dan The Vanishing at the Cecil Hotel. Bagi saya ini adalah film misteri pembunuhan yang terbaik di antara ketiganya. Kenapa? Saya sudah tahu kisah The Family Next Door sehingga impact saat sang pembunuh direveal kurang terasa. Di sisi lain The Vanishing at the Cecil Hotel terasa sebagai sebuah misteri yang tak terlalu menarik tetapi dipanjang-panjangkan.

Itu tidak terjadi di dalam mini-seri ini. Karya garapan Jared Hess dan Tyler Measom ini digarap dalam tiga episode dan memiliki pacing yang sempurna. Episode 1 membahas mengenai apa itu gereja Mormon bagi orang awam yang tak mengenalnya (seperti saya) dan menceritakan mengenai insiden pengeboman yang terjadi. Episode 2 memperdalam misteri mengenai apa yang terjadi, penyelidikan polisi mengenai semua insiden dan reveal sang pembunuh (yang boleh dibilang cukup mengejutkanku). Dan Episode 3 sekali lagi merupakan paparan mengenai apa yang telah terjadi sebenarnya… kali ini melalui sudut pandang sang pembunuh. The pacing is just superb!

Bagaimanapun saya perlu mewanti-wanti kalian bahwa hampir sama dengan The Family Next Door, impact dari mini-seri ini akan kurang terasa apabila kalian sudah tahu mengenai siapa sang pembunuh, sebab hampir satu episode di dalam mini-seri ini (berarti hampir 30% dari waktunya) didedikasikan untuk investigasi mencari seseorang (atau lebih) yang kalian sudah tahu siapa.

Saya juga suka dengan narasumber-narasumber yang dipakai di dalam serial ini. Tidak seperti The Vanishing at the Cecil Hotel yang memanggil banyak sekali orang yang ‘tidak jelas’ dan ‘tidak penting’ untuk turut turun berkomentar di dalamnya, semua orang dalam Murder Among the Mormons ini adalah orang-orang yang pantas untuk dicurigai atau juga merupakan narasumber yang bisa dipercayai dan kredibel untuk memberikan suara mereka.

Overall, saya benar-benar suka dengan mini-seri pembunuhan satu ini. Kalau kalian suka dengan kasus-kasus sejenis ini, saran saya adalah tonton! Saya jamin kalian takkan menyesal.

Score: 9.0

reviewapasaja View All

A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.

Leave a Reply

Discover more from Review Apa Saja

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading