Castlevania – The Netflix Series
Film adaptasi dari video game belum ada yang benar-benar berhasil memukauku. Sementara film adaptasi dari buku komik sudah melahirkan mahakarya seperti The Dark Knight, film adaptasi video game yang paling bisa dibanggakan mungkin hanyalah Mortal Kombat dan Prince of Persia, dan bahkan keduanya tidak bisa dibilang film yang dipuji semua kalangan. Itu membuat saya bertanya-tanya apakah Castlevania bisa mengubah tren ini.
Castlevania sendiri sebenarnya tidak merupakan format film melainkan serial animasi yang diproduseri oleh studio streaming Netflix. Season pertama dari Castlevania terdiri dari empat episode yang panjang tiap episodenya kira-kira 25 menit. Apabila kesemuanya digabung maka serial ini kurang lebih berdurasi 100 menit – tergolong singkat. Apakah dalam waktu yang terbatas itu serial ini bisa menarik minat penonton untuk mengikutinya lebih lanjut?
Serial ini mengikuti cerita Castlevania 3: Dracula’s Revenge yang memiliki protagonis utama Trevor Belmont. Akan tetapi serial ini tidak dibuka dengan sudut pandang Trevor melainkan sudut pandang Dracula. Dengan fokus yang mendalam kepada Dracula, cintanya Lisa, dan keluarganya, kita menjadi lebih mengerti kenapa Dracula memusuhi umat manusia. Ingat, sebelum era Dracula X: Rondo of the Blood dan Castlevania: Symphony of the Night, serial Castlevania tidak benar-benar memiliki jalan cerita yang mendalam termasuk di dalamnya Castlevania 3.
Oleh sebab itu saya sangat menghargai usaha Warren Ellis selaku penulis cerita dari serial ini membangun dunia Castlevania dalam serial. Ellis sadar benar bahwa ia memiliki waktu yang terbatas untuk cerita di season pertama tetapi ia tidak terburu-buru menjejalkan terlalu banyak elemen cerita di dalam season pertama ini. Setelah episode pertama memperkenalkan Dracula dan motif kenapa ia membenci manusia, episode kedua dan selanjutnya digunakan oleh Ellis untuk memberi penonton kesempatan berkenalan dengan Trevor dan sosok lain yang ia temui dalam perjalanannya untuk menghentikan Dracula.
Kendati setting dan tone dari serial ini jelas-jelas untuk penonton dewasa, Ellis masih sanggup memasukkan banyak dark humor dalam serial ini. Beberapa adegan tolol malah sempat membuatku terbahak-bahak menontonnya. Saya pun salut dengan keberhasilan Netflix menggaet nama-nama yang lumayan terkenal untuk mengisi suara karakter-karakter di film ini. Dua yang paling terkenal: Richard Armitage dan Graham McTavish tentunya sudah dikenal oleh penonton geek dari trilogi The Hobbit. Terkenal saja tentu tidak cukup, untunglah para aktor – artis pengisi suara ini melakukan tugas mereka dengan sangat baik sehingga departemen voice acting menjadi salah satu titik positif serial ini.
Untuk kategori teknisnya sendiri, saya melihat bahwa Netflix pastinya telah memberikan budget yang cukup besar menggarap serial animasi ini. Kualitas animasinya terbilang sangat tajam dan dinamis. Bagaimanapun juga saya agak menyayangkan bahwa musik-musik dari video game klasik-nya tidak diaransemen ulang maupun dimodernisasi ke dalam serial ini sama sekali – padahal sungguh sangat potensial untuk dijadikan homage!
Orang bilang keluhan terbaik yang bisa disampaikan itu adalah keluhan bahwa sesuatu itu kurang, dan itulah yang saya rasakan usai menonton season pertama Castlevania. Betul Netflix sudah memberi lampu hijau untuk season kedua dan bahkan menggandakan jumlah episode pesanan mereka menjadi delapan episode, tetapi tetap saja menonton season pertama yang jumlahnya empat episode ini terasa sangat minim dan cepat sekali selesai. Sedikit minor spoiler, setelah penampilan Dracula yang dominan di episode pertama, sang raja kegelapan bahkan tak muncul di seantero tiga episode berikutnya!
Tak peduli apakah kalian pecinta Castlevania jaman NES dan SNES yang klasik atau Castlevania yang lebih modern pasca Symphony of the Night atau bahkan tidak kenal Castlevania sama sekali, ini adalah sebuah serial animasi berkualitas tinggi yang sangat sayang untuk dilewatkan oleh penggemar medium animasi. Hanya saja perlu diingat, jangan mentang-mentang ini adaptasi game lantas anda mengajak anak atau keponakan anda yang di bawah 17 tahun menontonnya, dilarang keras!
Score: A-
Categories
reviewapasaja View All
A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.