Skip to content

Ni no Kuni II: Revenant Kingdom

Ketika dunia game pertama mendengar nama Ni no Kuni, mereka sangat terkejut melihat dua nama besar dari dunia game dan dunia animasi bekerja sama. Level-5 yang adalah developer di balik seri Professor Layton bekerja sama dengan Studio Ghibli yang adalah salah satu studio animasi terbesar Jepang. Hasil dari kolaborasi keduanya adalah Ni no Kuni: Dominion of the Dark Djinn di Nintendo DS yang dipuji gamer dan Ni no Kuni: Wrath of the White Witch versi upgradenya di PS3 yang dinilai agak mengecewakan. Walaupun game ini mendapatkan apresiasi dalam kualitas teknis banyak yang merasa kecewa dengan gameplay-nya yang dirasa tak sebagus harapan. Dengan kata lain Ni no Kuni tak berhasil memenuhi harapan ekspektasi fans yang sangat tinggi.

Franchise ini lantas sempat tertidur beberapa saat lamanya. Tak hanya itu Studio Ghibli pun sempat pensiun lama membuat film animasi dikarenakan pensiunnya Hayao Miyazaki dan – konon – tergerusnya keadaan finansial mereka. Walhasil ketika Ni no Kuni II: Revenant Kingdom digarap, game ini diciptakan tanpa campur tangan Studio Ghibli dengan pengecualian design karakter yang masih ditangani oleh Yoshiyuki Momose dan divisi musik yang dipegang oleh Joe Hisaishi. Apakah sekuelnya mampu memperbaiki kelemahan-kelemahan dari Ni no Kuni pertama?

1
Free Roam Battle System

Game ini memiliki dua protagonis utama: Roland, seorang Presiden dari negara di dunia kita yang mendadak diteleportasi ke kerajaan Ding Don Dell yang terletak di dunia lain. Di sini Roland bertemu dengan Evan, pangeran Ding Dong Dell yang terpaksa melarikan diri karena dirinya dikudeta oleh sang Perdana Menteri. Melarikan diri dari kerajaan tersebut, keduanya memutuskan untuk membentuk sebuah kerajaan baru bernama Evermore. Tujuan dari Evan adalah tujuan yang mulia: ia ingin mempersatukan semua kerajaan (secara damai) supaya tercipta satu monarki kerajaan baru yang damai sejahtera dan semua penduduknya bahagia.

Saya harus mengakui kalau jalan cerita dari Ni no Kuni II terbilang sangat sederhana dan terlalu kekanak-kanakan, apalagi bila dikontraskan dengan keadaan dunia saat ini. Pola pandang dari Evan yang ingin menyatukan dunia secara damai terasa naif dan bodoh. Toh tujuan utama dari cerita ini adalah memberi gamer alasan untuk mengunjungi teritori-teritori kerajaan yang berbeda-beda. Mulai dari Goldpaw sampai Broadleaf, kerajaan-kerajaan yang dikunjungi oleh Evan dan Roland memiliki ciri khasnya sendiri. Goldpaw misalnya adalah kerajaan yang memusatkan perekonomian mereka pada perjudian sementara Broadleaf adalah kerajaan yang bertumpu pada perkembangan industri mesin-mesin mereka. Setiap kerajaan memiliki tantangannya sendiri sebelum mereka mau bergabung dalam kerajaan Evermore yang didirikan oleh Evan.

Memainkan Ni no Kuni II: Revenant Kingdom mengingatkanku pada old-school RPG. Gameplaynya memang seakan merupakan gabungan dari banyak old-school RPG lainnya. Sistem battle di Ni no Kuni II mengingatkanku kepada seri Tales di mana kamu bebas bergerak di battlefield sambil melancarkan kombo serangan pada musuh. Memiliki senjata yang tepat ditambah dengan ketepatanmu melakukan block dan dodge adalah kunci memenangkan pertarungan, terutama menghadapi musuh-musuh yang kuat. Lantas sistem eksplorasi game yang masih memakai konsep world map (dan karaktermu berubah menjadi chibi) adalah sistem eksplorasi dari hampir semua RPG-RPG Super Nintendo dan Playstation generasi pertama dulu.

Tambahan yang membuat Ni no Kuni II lebih kompleks dari rata-rata RPG biasa pun tak sepenuhnya baru: untuk membuat ekonomi dari kerajaan Evermore semakin makmur Evan bisa berbicara dengan orang-orang yang ia temui di sepanjang perjalanannya. Acapkali orang-orang tersebut akan memberi Evan subquest yang bila diselesaikan akan membuat mereka setuju untuk bergabung dan menjadi penduduk di kerajaan Evan. Dengan jumlah lebih dari 100 penduduk yang bisa direkrut oleh Evan, tidakkah sistem ini mengingatkanmu dengan seri Suikoden dari Konami? Penduduk yang kamu rekrut sebagai gantinya bisa kamu pekerjakan di tempat untuk menciptakan senjata, armor, bahkan item-item langka lain yang tidak dapat kamu temukan dengan mudah di toko-toko biasa. Ini memberi insentif bagimu untuk menemukan penduduk-penduduk baru bagi kerajaanmu.

3
Chibi World Map

Bagi kalian yang menginginkan tantangan tambahan bisa menghadapi puluhan optional boss dan optional dungeon yang tersebar di dalam game ini. Kendati game utamanya sendiri hanya memakan waktu sekitar 30 jam untuk ditamatkan, para completionist bisa memakan waktu hampir 100 jam untuk menemukan tiap penduduk yang ada, menyelesaikan semua misi perang, memburu setiap Tainted Monster (optional boss) dan menyelesaikan tiap dungeon tambahan. Acungan jempol bagi Level-5 yang memberi balance untuk tipe normal gamer yang hanya mementingkan petualangan utama dan hardcore gamer yang ingin memaksimalkan petualangan mereka di dunia ini.

Walaupun Studio Ghibli sudah tidak lagi memegang peranan dalam produksi game ini saya harus mengacungkan jempol kepada Level-5 yang masih mampu mempertahankan estetika animasi Studio Ghibli dalam produk akhirnya. Memainkan Ni no Kuni II: Revenant Kingdom sudah seperti memainkan sebuah film Studio Ghibli – apalagi ketika soundtrack dari Joe Hisaishi (lengkap dengan full orkestra) berdebam megah. Sekali lagi saya amat menyayangkan jalan cerita dari Ni no Kuni II yang terasa terlalu kekanak-kanakan dan naif untuk epik dan skala sebesar ini.

Terlepas dari beberapa kekurangan minor yang ada, Ni no Kuni II: Revenant Kingdom adalah game yang wajib kamu mainkan apabila kamu pecinta game-game old-school RPG dengan segala charm-nya.

Score: 8.0

reviewapasaja View All

A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.

Leave a Reply

%d bloggers like this: