Mile 22
Sepertinya Peter Berg dan Mark Wahlberg kesengsem untuk terus bekerja sama setelah kesuksesan film Lone Survivor di tahun 2013 silam. Sayangnya kolaborasi-kolaborasi mereka berikutnya seperti Deepwater Horizon dan Patriots Day tidak bisa mencapai kesuksesan yang sama. Film Mile 22 ini menarik perhatian banyak penonton di Indonesia disebabkan sosok Iko Uwais memegang peranan yang cukup besar dalam film ini. Bisa dibilang kalau ini merupakan film Hollywood breakthrough pertama bagi Iko Uwais. Bagaimanakah hasilnya?
James Silva dan grupnya adalah sebuah tim bernama Overwatch. Sebuah tim Black Ops pemerintahan Amerika yang bertujuan menghabisi musuh secara diam-diam, efektif, dan di luar jalur hukum. Tugas terbaru dari Overwatch adalah mengantar Li Noor, seorang polisi lokal di negara di mana Overwatch berada. Kenapa? Ini dikarenakan Li Noor memiliki kode yang bisa digunakan untuk melacak letak bom yang dipegang oleh teroris dan dia hanya akan memberikan kode tersebut apabila ia diescort ke pesawat untuk pergi ke Amerika.

Celaka bagi James dan teman-temannya, tugas untuk mengescort Li Noor pergi ke Amerika ini bukan hal yang mudah sebab negara di mana Li Noor berada (semua orang berbahasa Indonesia di sini tetapi manager Iko Uwais meyakinkan penonton bahwa ini bukan di negara Indonesia) mengirimkan kesatuan polisi mereka untuk menghabisi Overwatch. Bisakah Overwatch dan Li Noor selamat sampai di pesawat? Ataukah ini akan menjadi misi terakhir bagi Overwatch?
Sudah ada beberapa film yang menggunakan tema escort the VIP seperti film ini. Yang paling teringat di benakku tentunya adalah 16 Blocks yang dibintangi oleh Bruce Willis dan SWAT yang dibintangi oleh Collin Farrell dan Samuel L. Jackson. Pun begitu film-film tersebut sudah cukup lama sehingga Mile 22 seharusnya bisa menjadi entri yang cukup refreshing. Apalagi film ini selain Mark Wahlberg dan Iko Uwais pun dibintangi beberapa bintang terkenal lainnya macam John Malkovich, Lauren Cohan, sampai Ronda Rousey.

Itulah sebabnya banyak orang yang cukup kecewa dengan film ini. Jalan cerita dasar untuk film ini tidak buruk dan asalkan kalian tidak terlalu memikirkan plothole di dalamnya (ada banyak) maka kalian tidak akan kecewa. Film ini praktis adalah aksi dari awal hingga akhir film. Saat The Raid sukses beberapa tahun yang lalu terdengar kata-kata bahwa Hollywood ingin meremakenya. Nah, Mile 22 mungkin bukan remake seutuhnya bagi film tersebut tetapi ada banyak elemen dasar di dalamnya yang diambil dari The Raid, termasuk sebuah pertarungan hidup mati di dalam gedung.
Sayangnya, apa yang merusak film ini adalah gaya penyutradaraan Peter Berg yang semakin lama semakin bergoyang dan penuh dengan cut sana-sini. Apabila kalian sudah sering menonton film dari Iko Uwais dan Tony Jaa, kalian akan menyadari bedanya orang yang bisa melakukan martial arts seperti mereka dengan yang tidak bisa… katakanlah seperti Denzel Washington dalam The Equalizer dan Liam Neeson dalam Taken. Dalam film-film itu sering sekali dilakukan cut berulang kali dan mengambil adegan dari close-up untuk menyamarkan muka sang stuntman. Yang menyebalkan adalah Peter Berg menggunakan cara seperti itu di film ini dan bahkan memadukannya dengan shaky cam khas-nya.

Hasilnya? Kacau balau. Banyak sekali gerakan fighting Iko yang sebenarnya tidak buruk dan seru jadi sulit diikuti dan dinikmati disebabkan karena goyangan kamera ditambah dengan cut yang silih berganti. Dengan lampu penerangan yang remang-remang (dalam pertarungan di dalam gedung), makin lengkaplah membuat film ini sulit diikuti. Sebagai penonton pun kita tidak diberi alasan untuk peduli pada sosok-sosok yang ada dalam Overwatch. Semua anggotanya terbilang hanya sambil lalu saja diperkenalkan sehingga tak ada rasa koneksi penonton melihat mereka tewas sekalipun – apalagi sejak awalpun mereka sudah digambarkan sadis dan keji. Sosok Mark Wahlberg yang dalam film ini digambarkan sedikit memiliki kelainan jiwa pun tak membantu membuatnya simpatik di mata penonton.
Saya tahu Wahlberg ingin tampil beda dari sosok family man yang kerap ia tunjukkan seperti di Lone Survivor atau Deepwater Horizon, tetapi tampil sebagai seorang asshole di sini tak membantu orang peduli pada Overwatch. Dan kalau penonton sudah tak peduli pada tim jagoan… mereka mau peduli kepada siapa?
Konon Mile 22 ingin digarap menjadi trilogi film, saran saya: kalau cara penyutradaraannya masih ala Peter Berg begini sih tak usah lah ya? Cukup sampai di sini saja sebab twist pada akhir film paling tidak masih mengangkat film ini lebih dari sekedar film aksi B-movie semata.
Score: B-
Categories
reviewapasaja View All
A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.