Skip to content

Barenpark

Kalau kamu adalah penggemar hobi Board Games, sepertinya mustahil bagimu untuk tidak pernah mendengar nama Phil Walker-Harding. Pasalnya designer Board Games asal Australia ini memang jagonya membuat Board Game bertipe light-weight: tipe yang ringan, asyik dimainkan dalam tempo cepat, tetapi tidak terasa kacangan. Beberapa dari gamenya yang paling sukses macam Sushi Go dan Imhotep kerap digunakan oleh para Board Gamer untuk meracuni mempengaruhi teman-temannya untuk bermain Board Games. Nah, meneruskan tradisi Phil Walker-Harding menciptakan game-game yang mekanismenya sederhana tetapi tetap seru untuk dimainkan ia menciptakan Barenpark (atau berarti Taman Beruang) di tahun 2017. Bisakah game ini melanjutkan rekor sukses dari sang Designer?

Barenpark menempatkan kamu sebagai pendiri / operator sebuah Taman Beruang di mana kamu mendirikan semacam kebun binatang yang mengkhususkan diri pada pelbagai spesies beruang. Ada berbagai jenis beruang yang bisa kamu tempatkan di dalam kebunmu: Beruang Gobi, Beruang Kutub, Panda dan banyak lagi. Tak hanya beruang saja, kamu bisa menempatkan stan makanan, toilet, patung, dan berbagai jenis ikon lain untuk menghias Taman Beruangmu. Saya harap kalian bukan seorang Board Gamer yang terlalu peduli dengan hal political correctness. Saya tahu ada beberapa reviewer Board Game seperti Rahdo yang merasa kurang nyaman memainkan game ini karena ada berita mengenai betapa kebun binatang seperti Taman Beruang kerap memperlakukan binatang yang dipelihara secara kurang beruangiawi. Harap paham bahwa ini hanya sebuah Board Game dan kamu tidak menyakiti beruang apapun dalam mekanisme permainan di dalam game ini.

Bicara soal mekanisme permainan dalam Game ini, Phil Walker-Harding seperti biasa hanya memakai mekanisme yang sangat simpel. Dalam Barenpark mekanisme yang ia pakai adalah Tile Placement, sebuah mekanisme yang sama dalam Patchwork, Cottage Garden, dan banyak Board Game lain. Maklum, Tile Placement adalah sebuah mekanisme yang disukai banyak orang – terutama para generasi Tetris. Pada awal permainan setiap pemain akan diberi lahan yang kecil untuk membuka Taman Beruang mereka. Setiap kali mereka berhasil menutupi kotak yang bersifat upgrade, pemain bisa membuka atraksi baru bahkan memperluas lahan Taman Beruang mereka. Dan… well actually, hanya itu saja! Itulah yang membuat Barenpark begitu beginner-friendly. Setiap pemain hanya melakukan satu hal dalam giliran mereka: menutupi area di lahan Taman Beruang mereka dengan atraksi, lantas menyiapkan atraksi baru untuk mereka bangun di giliran mereka berikutnya.

Artwork dalam Barenpark digambar dengan style kartun yang lucu dan pembeda yang sangat jelas untuk setiap jenis beruang yang ada. Panda misalnya memiliki tile yang banyak ditumbuhi hutan bambu – tumbuhan yang kerap dimakan sang beruang pemalas itu. Sementara Beruang Kutub tilenya dihiasi dengan es, menunjukkan habitatnya yang dingin. Artwork dalam setiap komponen tergambar dengan sangat baik sehingga pemain takkan kesulitan membedakan satu sama lain. Tak hanya itu, kualitas setiap tile pun bagus kendati waktu melakukan setup mungkin sedikit lama. Saya juga agak khawatir dengan seberapa jauh game ini memiliki nilai replayability-nya. Untuk lima permainan pertama saya percaya bahwa game ini akan fun untuk dimainkan tetapi mekanisme yang sederhana dalam game ini juga berarti bahwa strategi yang bisa diimplementasikan dalam game ini terbatas. Masih akan serukah game ini untuk dieksplorasi lebih lanjut setelah lima atau enam kali dimainkan?

Barenpark adalah sebuah Board Game ringan yang bisa saya sarankan untuk para Board Gamer kategori pemula atau bagi mereka yang mau memulai game night mereka. Bagi para penggemar game-game dari style Phil Walker-Harding, jangan lewatkan game ini dalam koleksi kalian.

Score: 8.0

reviewapasaja View All

A movie, book, game, TV series, comic, manga, board game, bla bla bla, etc etc etc lover. He tends to ramble about a lots of stuff in life. You can follow in his IG page @dennisivillanueva for his daily ramblings.

Leave a Reply

Discover more from Review Apa Saja

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading